Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Depresiasi rupiah dan rupee Indonesia terhadap dollar AS akan meningkatkan risiko pada perusahaan yang memiliki pengeluaran dalam bentuk dollar dan pendapatan mata uang lokal (missmatces). Tak hanya itu, menurut Moody's Investor Service risiko juga bisa terjadi pada perusahaan yang memiliki ketergantungan pada utang dalam mata uang dollar AS.
Moody's menjelaskan, rating yang diberikan sebelumnya mencerminkan kondisi operasional yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sehingga kondisi ini bisa memicu pelemahan laba karena utang yang tinggi serta membuat risiko pembiayaan kembali terganggu.
Baca Juga: Rupiah Melemah, Emiten yang Punya Utang Dollar AS Kian Waspada
Dalam rilis Kamis (16/4), Moody's memaparkan sebagian besar perusahaan dengan yield tinggi di Asia Selatan dan Asia Tenggara dapat menahan depresiasi 10%-15% terhadap dollar AS. Ini sudah memperhitungkan wabah virus corona yang sedang menguji kualitas kredit, leverage dan likuiditas.
"Kami telah melihat sejumlah mata uang lokal terdepresiasi terhadap dollar AS selama beberapa bulan terakhir, termasuk rupiah yang mencapai tingkat terendah sejak krisis keuangan Asia. Ini meningkatkan risiko pembiayaan kembali untuk beberapa perusahaan Indonesia pada saat wabah virus terjadi. Serta menghambat pertumbuhan pendapatan dan arus kas," kata Annalisa Di Chiara, Wakil Presiden Senior Moody dalam rilis.
Dari 43 perusahaan yang telah Moody's rating di Asia Selatan dan Asia Tenggara. "Ada empat perusahaan Indonesia rentan terhadap depresiasi lebih lanjut sebesar 10%-15% terhadap dollar AS karena ketidakcocokan mata uang dan paparan utang dollar AS," tambah Di Chiara.