Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Kinerja PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) di tahun lalu kurang menggembirakan. Laba bersih emiten milik Grup Salim ini turun 23,3% menjadi sekitar Rp 2,5 triliun.
Padahal, pendapatan INDF sepanjang 2013 masih naik 15% menjadi Rp 57,7 triliun. Pelemahan rupiah dan beban operasional membuat laba INDF tergerus.
Toh begitu, analis Samuel Sekuritas, Yualdo Yudoprawiro dalam risetnya, 26 Maret 2014, menyatakan, kinerja INDF masih sesuai prediksi dia. "Pendapatan dan laba bersih mewakili 103% dan 99% dari estimasi kami," tulis dia.
Penurunan laba, menurut Yualdo, karena, pada kuartal IV-2014, margin laba sebelum beban bunga dan pajak (margin EBIT) divisi usaha INDF yakni, Bogasari dan anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) turun masing-masing 525 basis poin (bps) dan 352 bps. Ini disebabkan naiknya bahan baku seiring melemahnya rupiah dan kenaikan beban gaji.
Namun, Yualdo optimistis, INDF dapat memperbaiki kinerja dengan menaikkan average selling price (ASP). Ia juga memperkirakan, volume penjualan Bogasari akan bertumbuh 5% di tahun ini.
Marlene, analis Andalan Artha Advisindo (AAA) Sekuritas menambahkan, Bogasari memiliki pertumbuhan penjualan paling tinggi di antara segmen bisnis INDF. Tahun lalu, penjualan dari Grup Bogasari meningkat 17,2% karena naiknya volume penjualan tepung terigu. Bogasari menyumbang 26% terhadap pendapatan INDF. Marlene yakin, pada tahun ini, kinerja Bogasari akan naik.
Analis Standard Chartered, Nirgunan Tiruchelvam dalam risetnya, 3 April 2014 menyebutkan, harga gandum berpotensi turun tahun ini. "Harga gandum yang lebih rendah dapat meningkatkan margin EBIT Bogasari menjadi 12,3% di tahun ini dan 13,5% pada tahun depan," ujar dia.
Tim analis komoditas Standart Chartered menurunkan proyeksi harga gandum sebesar 8% dari US$ 6,84 per bushel (bu) di 2013 menjadi
US$ 6,28 per bu di tahun ini.
Kinerja INDF di tahun ini juga mendapat katalis dari segmen usaha lainnya. "Banyak ekspansi yang dilakukan INDF tahun ini," kata Marlene. ICBP, semisal, sudah siap menggenjot bisnis minuman non alkohol bersama investor Jepang Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte Ltd.
Selain itu, bisnis sektor perkebunan, melalui dua anak usaha INDF, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), juga akan membaik di tahun ini.
Sumbangan bisnis Minzhong Food Corporation Limited (Minzhong) juga akan lebih terasa di tahun ini. Yualdo menyebutkan, tahun lalu, Minzhong menopang 3,7% pada pendapatan INDF. Tahun ini, kontribusi Minzhong bisa mencapai 10%.
Nirgunan memproyeksikan, penjualan INDF tahun ini bisa mencapai Rp 67,74 triliun dengan laba bersih Rp 4,5 triliun. Sedangkan, Yualdo menghitung, penjualan INDF bisa mencapai Rp 70,15 triliun dengan laba bersih Rp 3,6 triliun pada tahun ini.
Ketiga analis tersebut merekomendasikan buy saham INDF. Marlene dan Yualdo memberikan target harga INDF sebesar Rp 8.000 per saham. Sementara, Nirgunan memasang target harga INDF di Rp 8.521 per saham.
Pada penutupan bursa saham Senin (7/4), harga saham INDF naik 1,05% menjadi Rp 7.225 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News