kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Fundamental solid, koreksi saham blue chip sesaat


Selasa, 05 Desember 2017 / 21:44 WIB
Fundamental solid, koreksi saham blue chip sesaat


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham blue chip mengalami tekanan tepat pada hari pertama berlakunya indeks MSCI yang baru per 30 November lalu.

Setidaknya, ada empat saham yang mengalami aksi jual pada perdagangan Kamis (30/11), yakni saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).

INDF turun 3% ke level Ro 7.325 per saham. Saham ICBP juga melorot 4% ke level Rp 8.825 per saham. Sementara, saham BBCA turun 4% ke Rp 20.350 per saham. Sedangkan saham GMSP ditutup turun 4% ke level Rp 4.100.

Namun, penurunan harga saham blue chip tidak berlangsung lama. Hari ini (5/12), hanya saham ICBP yang turun 1,14% ke level Rp 8.650 per saham. Saham INDF anteng di level Rp 7.300 per saham.

Saham BBCA dan HMSP justru naik. Saham BBCA ditutup naik hampir 1% ke level Rp 21.000 per saham. Sedangkan HMSP naik 1,16% ke Rp 4.370 per saham.

Koreksi yang terjadi pada Kamis pekan kemarin membuat harga saham-saham tersebut menjadi lebih murah. Sementara, fundamental keempatnya solid. "Sehingga, ini menjadi peluang bagi sejumlah investor untuk kembali memburu saham-saham blue chip," ujar Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman kepada KONTAN, Selasa (5/12).

Bisnis yang dijalani emiten saham blue chip, lanjut Norico, memiliki korelasi yang kuat dengan perekonomian nasional. Selama perekonomian masih tumbuh, maka emiten-emiten tersebut masih memiliki prospek yang cukup menarik.

"Sektor perbankan masih menarik, ada BBCA. UNVR juga prospektif. Meski harga sahamnya terus naik, tapi sejalan dengan prospek sektor konstruksi dan pertambangan," tutur Norico.

Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Taye Shim bilang, jalannya pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini memang tidak sejalan dengan ekspektasinya. Tapi, bukan berarti tidak bertumbuh.

Demikian halnya dengan sektor perbankan. Tidak ada kejutan kinerja dari sektor ini. "Tapi, hasil kinerjanya juga tidak mengecewakan," kata Taye dalam riset 27 November lalu.

Dia meyakini, efek tax amnesty yang justru menekan belanja rumah tangga akan hilang tahun depan. Sehingga, daya beli akan kembali membaik tahun depan.

Kegiatan ekspor impor tahun depan juga akan lebih menarik. "Industri perbankan tahun depan juga akan membaik seiring dengan meningkatnya belanja pemerintah tahun depan," pungkas Taye.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×