Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Selasa (12/7), IHSG menguat di tengah mayoritas indeks bursa negara-negara di Asia yang memerah. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), hanya bursa Indonesia (JCI) dan bursa Singapura (STI) yang masih mencatatkan kenaikan sejak awal tahun. Keduanya menguat masing-masing 2,08% year to date (ytd) dan 0,26% ytd.
Sementara itu, penurunan paling dalam dialami bursa Taiwan (TAIEX) yang melorot hingga 23,43% ytd. Setelahnya disusul bursa Korea Selatan (KOSPI) yang tertekan 22,16% ytd dan bursa Vietnam (VN-INdex) yang tertekan 21,59% ytd.
Vice President Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, mengungkapkan, penguatan yang dialami bursa Indonesia sejak awal tahun ditopang oleh kuatnya fundamental yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi cukup baik. Ini tidak terlepas dari kondisi kesehatan yang mulai terkendali. Selain itu, IHSG juga diuntungkan kenaikan harga komoditas, di mana negara lain justru terpengaruh negatif dengan hal ini.
Baca Juga: Wall Street Mixed, Investor Menunggu Data Inflasi AS Esok
Adapun bursa negara-negara di Asia yang melambat sejak awal tahun itu diperberat oleh inflasi yang tinggi karena perang antara Rusia dan Ukraina yang mengerek energi dan bahan pangan. Di sisi lain, bursa regional juga diperberat oleh kenaikan suku bunga dan perlambatan ekonomi.
Senada, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo mengungkapkan, memerahnya saham regional dipengaruhi ketidakpastian global dan kondisi ekonomi beberapa negara yang terganggu. Ini tidak terlepas dari pandemi Covid-19, perang Ukraina-Rusia, serta kenaikan suku bunga The Fed. Selain itu kenaikan harga komoditas membuat negara-negara tersebut semakin tertekan. Ia pun memproyeksikan, ketidakpastian global masih dapat menekan indeks regional ke depan.
Sementara itu, menghijaunya IHSG mencerminkan keadaan ekonomi Indonesia yang cenderung lebih kuat. Kenaikan IHSG ditopang pemulihan ekonomi dan membaiknya kinerja emiten khususnya perbankan. Di sisi lain, sejak awal tahun penguatan IHSG juga didorong kenaikan saham komoditas. Saham-saham ini tersengat sentimen kenaikan harga komoditas akibat perang Ukraina dan Rusia yang mengganggu pasokan.
Kondisi fundamental Indonesia yang kuat itu membuat pelemahan bursa regional terhadap IHSG tidak berdampak signifikan. Kondisi fundamental Indonesia yang kuat masih bisa mendorong kinerja IHSG ke depan.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Bergerak Terbatas Pada Rabu (13/7), Saham-Saham Ini Bisa Dicermati
"Kami memperkirakan IHSG pada tahun ini akan ditutup di 7.500," ujar Azis, Selasa (12/7).
Senada, Wawan mencermati, bursa Asia menurutnya masih akan melambat di sisa tahun ini. Sentimen yang memberatkan adanya kenaikan harga atau inflasi, serta adanya sentimen varian baru Covid-19 yang berpotensi membatasi kembali aktivitas yang sekarang mulai pulih.
Terhadap IHSG, pergerakan bursa regional yang diproyeksi masih akan lesu itu tidak akan banyak berpengaruh. Mengingat, sumbangsih konsumsi dalam negeri terhadap GDP mencapai 60%. Indonesia juga diuntungkan dari ekspornya. Dus, korelasi bursa regional dengan IHSG tidaklah kuat.
"Untuk melorot negatif bisa saja, terutama bila PPKM naik ketat," ungkap Wawan kepada Kontan, Selasa (12/7). Hingga akhir tahun dia memperkirakan, IHSG diprediksi masih mampu menguat 10% hingga 12% ke level 7.400 hingga 7.500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News