kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.340.000   -1.000   -0,04%
  • USD/IDR 16.712   -13,00   -0,08%
  • IDX 8.570   155,90   1,85%
  • KOMPAS100 1.188   24,76   2,13%
  • LQ45 863   17,67   2,09%
  • ISSI 300   6,15   2,09%
  • IDX30 447   6,81   1,55%
  • IDXHIDIV20 518   8,17   1,60%
  • IDX80 134   2,95   2,26%
  • IDXV30 137   1,51   1,12%
  • IDXQ30 143   2,38   1,69%

Fundamental Emiten Farmasi Masih Terfragmentasi, Cek Kata Analis


Senin, 24 November 2025 / 18:55 WIB
Fundamental Emiten Farmasi Masih Terfragmentasi, Cek Kata Analis
ILUSTRASI. Analisis Kiwoom Sekuritas ungkap kinerja emiten farmasi kuartal III-2025 terfragmentasi. Pelajari faktor penentu laba SIDO, KLBF, TSPC, PYFA


Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sektor farmasi pada kuartal III 2025 masih menunjukkan pola yang terfragmentasi. Menurut Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, perbedaan kinerja antar emiten bukan ditentukan satu faktor tunggal, melainkan kombinasi struktur biaya dan pendanaan, efektivitas operasional, serta komposisi lini bisnis.

Azis menjelaskan bahwa emiten dengan beban bunga tinggi atau biaya integrasi pasca akuisisi cenderung mencatatkan kerugian meski pendapatan meningkat. Sebaliknya, perusahaan yang mampu menjaga gross margin, mengelola SG&A, serta memaksimalkan kontribusi ekspor atau segmen obat resep tampil lebih unggul.

“Singkatnya, struktur permodalan, efisiensi operasional, dan strategi produk berjalan bersama. Itu yang membedakan performa emiten pada kuartal ini,” ujar Azis kepada Kontan, Senin (24/11/2025).

Baca Juga: Menakar Nasib BEI di Tengah Penyusunan RPP Demutualisasi Bursa

Tiga emiten besar, yakni PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC), dinilai masih memiliki prospek positif hingga akhir 2025. Meski begitu, masing-masing memiliki kekuatan berbeda.

SIDO diperkirakan mampu mempertahankan margin tinggi apabila efisiensi biaya terus berlanjut. KLBF memiliki peluang tumbuh dua digit, ditopang ekspor serta penguatan segmen obat resep. Sementara itu, TSPC dinilai stabil berkat diversifikasi produk dan kekuatan merek.

Adapun PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) menghadapi tantangan lebih besar. Azis menilai pemulihan kinerja PYFA harus didorong dari sisi pendapatan, karena aksi korporasi yang meningkatkan beban utang telah menekan laba bersih.

Meski industri masih dibayangi risiko biaya bahan baku dan lambatnya pemulihan belanja kesehatan domestik, Azis menilai ketiga emiten besar tersebut berada pada posisi defensif berkat strategi manajemen yang proaktif.

 

Di antara emiten farmasi, Kiwoom Sekuritas memberikan rekomendasi buy untuk KLBF dengan target harga Rp 1.700 per saham.

Selanjutnya: BPOM Resmi Terbitkan Izin Edar Obat Generik Berbahan Dydrogesterone

Menarik Dibaca: 28 Camilan Sehat dan Enak untuk Diet Turun Berat Badan, Cek yuk!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×