Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Rencana PT Titan Kimia Nusantara Tbk (FPNI) membangun pabrik olefin terus berjalan. Manajemen kini sedang mengkaji lokasi pembangunan pabrik tersebut.
Produsen polietilena ini tengah mengkaji titik potensial di Banten. Segera setelah menetapkan lokasi, perusahaan akan mulai membangun yang diperkirakan memakan waktu sampai dua tahun itu.
Kelak manajemen akan mengandalkan pinjaman perbankan. Maklumlah, dana yang dibutuhkan tidaklah kecil, sampai US$ 5 miliar.
Merciana Anggani, Sekretaris Perusahaan FPNI bilang, pinjaman perbankan ini besarnya bisa mencapai US$ 3 miliar - US$ 5 miliar. "Dana dari bank akan direalisasikan sesuai perkembangan," kata dia, Rabu (20/7). Saat ini, perusahaan sedang tahap mencari pinjaman ini.
Sayangnya, Merciana belum mau bercerita tentang kapasitas produksi pabrik baru. "Masih dalam pembahasan studi kelayakan," kilah dia.
Langkah FPNI membangun pabrik olefin bertujuan untuk mengamankan harga bahan baku. Selama ini manajemen mengklaim bahwa fluktuasi harga olefin di pasar yang menjadi penyebab kinerja perusahaan jebol.
Sebelumnya, manajemen pernah mengungkapkan akan menggunakan kas internal plus pinjaman perbankan untuk membiayai pembangunan pabrik yang diperkirakan mencapai US$ 5 miliar.
Titan menganggarkan dana untuk membangun pabrik tersebut hingga US$ 5 miliar. Menurut Merciana Anggani, corporate secretary FPNI, masalah pendanaan belum ada perkembangan. Hingga saat ini perseroan masih berencana akan menggunakan dana kas dan pinjaman perbankan. "Dana dari perbankan akan direalisasikan sesuai perkembangan," kata Merciana, kepada KONTAN kemarin (19/7).
Alasan Perusahaan membangun pabrik olefin, karena karena Titan perlu mengamankan harga bahan baku mereka. Pasalnya, salah satu faktor yang menekan kinerja mereka adalah harga bahan baku yang sulit dikontrol.
Hal itu bisa dilihat dari kinerja Titan tahun lalu, meskipun total penjualan FPNI tahun lalu US$ 428,3 juta, naik 9,88% dari tahun sebelumnya, FPNI malah mengalami rugi bersih US$ 41.000.
Tahun ini manajemen FPNI menyiapkan anggaran belanja modal (capex) US$ 7 juta yang dialokasikan untuk menambah nilai ekonomis mesin, seperti peremajaan dan perbaikan mesin.
Dengan langkah tersebut, manajemen berharap bisa mencetak volume penjualan 400.000 metrik ton tahun ini. Angka ini naik hampir dua kali lipat dibanding tahun lalu sebesar 274.000 metrik ton.
Namun, meski diproyeksikan untuk menangkal pergerakan harga bahan baku, hingga saat ini pengkajian soal kapasitas produksi masih juga belum tuntas. "Masih dalam pembahasan soal study kelayakannya," kilah diaMerciana.
Pada kuartal pertama, penjualan titan meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 36,80% menjadi US$ 136,45 juta, lebih besar dibanding biayanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News