Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menyatakan, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas berpotensi meningkatkan risiko penjualan perusahaan tekstil dan garmen Indonesia yang berorientasi domestik. Alasannya, kenaikan tarif atas barang China ke AS menyebabkan eksportir China mengarahkan produk mereka ke Asia.
“Hal ini akan mengintensifkan persaingan di pasar lokal dan berdampak pada produsen tekstil dan garmen Indonesia yang berfokus ke pasar domestik,” kata Associate Director Bernard Kie, Minggu (4/7).
Asal tahu saja, Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif baru sebesar 10% terhadap barang-barang impor China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September 2019. Tarif tersebut diterapkan pada sejumlah barang konsumsi, seperti ponsel, laptop, mainan, alas kaki, dan pakaian.
Berdasarkan catatan Fitch Ratings, pada Juli 2019 lalu, PT Delta Merlin Dunia Tekstil mengatakan bahwa perusahaan ini menghadapi kesulitan keuangan karena persaingan dari masuknya kain buatan China ke pasar domestik.
Baca Juga: IHSG Hijau, Ini 10 Saham LQ45 dengan PER Terendah & Tertinggi (31/7)
Namun, merujuk data Bank Indonesia dan United States Office of Textiles and Apparel, Fitch Ratings belum melihat tanda-tanda tersebut untuk sektor tekstil dan garmen di Indonesia.
Jika produsen tekstil dan garmen berorientasi domestik mendapat ancaman dari perang dagang ini, hal sebaliknya terjadi pada produsen tekstil dan garmen beroreintasi ekspor.
Menurut Fitch Ratings, perusahaan-perusahaan ini justru mendulang keuntungan dari perang dagang ini. Sebut saja PT Pan Brothers Tbk (PBRX) dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Maklum saja, penjualan ekspor memang mendominasi bisnis dua perusahaan ini.
Baca Juga: Simak jadwal pembagian dividen Pan Brothers (PBRX)
Per semester I-2019, penjualan ekspor SRIL mencapai 60%, sedangkan PBRX mencapai 94% dari total penjualan. “Mereka dalam posisi yang baik untuk mendapatkan keuntungan dari pemintaan ekspor tambahan dalam jangka menengah, mengingat skala operasi dan rekam jejak mereka,” ucap Bernard.
Berdasarkan catatan Fitch, per semester I-2019, penjualan ekspor SRIL tumbuh 27% secara tahunan dan penjualan domestik tumbuh datar. Sementara itu, pada paruh pertama tahun ini, penjualan ekspor PBRX tumbuh 13% year on year (yoy) dan penjualan domestik tumbuh 6% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News