kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fitch Ratings: Emiten pengembang kawasan industri lebih unggul daripada residensial


Kamis, 13 Juni 2019 / 12:54 WIB
Fitch Ratings: Emiten pengembang kawasan industri lebih unggul daripada residensial


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings mengulas kinerja sektor properti di Indonesia sepanjang kuartal I lalu. Hasilnya, emiten properti yang lebih banyak mengembangkan kawasan industri ternyata mencetak kinerja di atas ekspektasi ketimbang emiten properti yang mengembangkan kawasan residensial. Dalam keterangannya, Fitch juga menilai performa itu dapat kembali berlanjut di semester kedua tahun 2019.

Total penjualan lahan empat emiten pengembang kawasan industri di Indonesia yaitu PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), PT Modernland Realty Tbk (MDLN), PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) selama kuartal I tahun ini melonjak hingga Rp 1,7 triliun dibanding kuartal I tahun lalu. Padahal pada periode yang sama di tahun lalu, jumlah penjualan lahan keempat perusahaan itu turun 18%.

Dalam keterangannya, Fitch menilai hal tersebut didorong oleh kondisi politik yang kondusif. Pemerintah melalui sederet kebijakan dan programnya, terus memacu investasi di sektor riil melalui penyediaan infrastruktur yang memadai. Kondisi tersebut tentu mendorong permintaan lahan untuk mengembangkan kawasan industri yang lebih banyak.

Hal itu ditunjukkan dengan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Sepanjang kuartal I tahun ini realisasi investasi di sektor riil, baik dari asing maupun domestik masing-masing mencapai Rp 108 triliun dan Rp 87 triliun. Secara total, pertumbuhannya mencapai 5,3%, tertinggi sejak empat kuartal terakhir. Wajar bila pertumbuhan itu juga mengerek kinerja emiten pengelola kawasan industri.

KIJA misalnya, mencatatkan penjualan lahan industri sebanyak dua kali lipat secara year on year (yoy) di kuartal I tahun ini. Pada periode tersebut, jumlah penjualan lahan industri mencapai Rp 200 miliar.

Jumlah itu hampir setara dengan seperempat target penjualan KIJA yang oleh Fitch diproyeksikan mencapai Rp 1 triliun pada tahun ini. Sedangkan realisasi untuk sektor penjualan residensial KIJA lebih lambat lantaran produk-produk baru perusahaan akan tertunda hingga semester II tahun 2019 nanti.

Emiten lain seperti MDLN juga mencatatkan kinerja menarik dengan mencatatkan pra penjualan sebesar Rp 1,1 triliun pada kuartal I 2019 ini. Dari angka tersebut, Fitch mencatat lebih dari separuh penjualan MDLN atau tepatnya sekitar 64,17% penjualannya disumbang oleh penjualan lahan kawasan industri. Selama kuartal I tahun ini, jumlah penjualan lahan kawasan industri MDLN mencapai Rp 670 miliar.

Fitch juga memaparkan, semestinya jumlah penjualan lahan kawasan industri kepada MDLN masih bisa lebih tinggi lagi. Hal itu lantaran pembayaran dari PT Waskita Karya Realty sebesar Rp 1,1 triliun kepada MDLN tertunda karena perubahan pengaturan administrasi pada otoritas lokal. Secara keseluruhan, Fitch menilai MDLN masih bisa mencatat pra penjualan hingga Rp 2 triliun sampai 2019 berakhir nanti.

Lantas bagaimana dengan nasib emiten properti yang menggantungkan diri pada penjualan unit residensial?

Fitch menilai, permintaan untuk unit residensial pada kuartal II tahun ini masih akan stagnan. Meski begitu, di akhir semester kedua 2019 nanti, Fitch memproyeksikan bisa terjadi kenaikan permintaan produk residensial dengan peluncuran produk-produk baru dari beberapa perusahaan.

Catatan Fitch menunjukkan, pada semester kedua 2019 nanti PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) akan merilis produk residensial baru di daerah Bekasi dengan nilai Rp 600 juta hingga Rp 1,3 triliun. Begitu juga dengan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) yang akan meluncurkan produk unit residensial bernilai Rp 300 juta hingga Rp 2 miliar per unit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×