Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings menilai leverage dua kontraktor utama di Indonesia pada semester dua ini akan berkurang. Dua kontraktor tersebut adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).
Berkurangnya leverage tersebut, menurut Fitch, didukung oleh arus kas masuk yang besar dari pembayaran turnkey, pengembalian lahan oleh pemerintah dan divestasi. Juga mengingat, seharusnya pemerintah menggenjot lagi pembangunan infrastruktur setelah pemilu selesai. Apalagi, tahun depan anggaran infrastruktur naik 4,9% secara tahunan alias year on year (yoy) menjadi Rp 419,2 triliun dalam RAPBN 2020.
Baca Juga: Ibu kota pindah, Wijaya Karya (WIKA) bidik proyek ini
Fitch mencatat kontrak baru WIKA pada semester I-2019 hanya Rp 15,2 triliun. Jumlah tersebut turun 26% yoy atau setara 27% dari perkiraan Fitch. Sementara itu, WSKT mencatat kontrak baru sebesar Rp 8 triliun naik 20% yoy. Namun hanya 20% dari perkiraan Fitch.
"Kami percaya ini karena ketidakpastian terkait dengan pemilu yang membuat kurangnya tender proyek baru oleh pemerintah dan sektor swasta," tulis Fitch, Rabu (28/8).
Hal itu berkontribusi pada penurunan pendapatan WIKA dan WSKT masing-masing sebesar 28% dan 25% pada kuartal dua kemarin. Namun, dua perusahaan pelat merah ini telah melaporkan kegiatan tender yang meningkat sejak Juli 2019.
Baca Juga: Di balik pemindahan ibu kota, benarkah ada deal politik? Ini kata Istana..
Penurunan pendapatan WIKA juga disebabkan keterlambatan konstruksi karena proses desain dan tinjauan yang lebih lama. Proyek tersebut adalah jalan tol Pekanbaru-Padang senilai Rp 8,4 triliun, bandara Makassar Rp 2,4 triliun dan beberapa proyek lepas pantai. Ini juga membuat leverage WIKA meningkat menjadi 5,6 di semester satu 2019. Padahal data kuartal satu lalu hanya empat kali.