kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Faktor musiman dan suplai jadi pemicu melorotnya harga gas alam


Jumat, 29 Maret 2019 / 19:32 WIB
Faktor musiman dan suplai jadi pemicu melorotnya harga gas alam


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas alam terpantau kembali melemah menjelang akhir kuartal I-2019. Kali ini, pergantian musim (seasonal) masih menjadi alasan penurunan harga gas alam.

Mengutip data dari Bloomberg, pukul 17:00 WIB, harga gas alam di bursa New York Marcentile (NYMEX) kontrak pengiriman Mei 2019, sempat menguat, walau kembali melemah 0,55% ke level US$ 2,70 per mmbtu. Pada perdagangan sebelumnya, harga gas alam terpantau masih berada di level US$ 2,71 per mmbtu.

Analis PT Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menjelaskan, harga gas alam sangatlah fluktuatif. Bahkan, menurut Wahyu, sifat harga gas alam lebih labil bila dibandingkan dengan minyak.

“Harga gas alam bisa naik atau turun drastis jika ada sentimen supply, demand, dan perubahan musim. Apalagi jika mulai memasuki musim dingin atau pada November tahun lalu,” jelas Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (29/3).

Saat itu, akibat temperatur global yang sangat rendah jelang musim dingin dalam 15 tahun terakhir, meningkatkan permintaan gas alam secara signifikan sehingga harga gas alam ikut melonjak. Ini yang terjadi di Amerika Serikat.

Wahyu menambahkan, setelah anjlok di November, harga gas alam akan berkonsolidasi dan bangkit setelah melewati Februari. Hal ini diamatinya dari fenomena tiga tahun terakhir dimana harga gas alam menempati titik terendah pada Februari dan Maret. Bahkan pada tahun 2016 silam, harga gas alam mencapai US$ 1,61 per mmbtu, harga ini merupakan yang terendah sejak tahun 1990. Sementara pada 2017, titik terendah harga gas alam berada pada level US$ 2,52 per mmbtu.

“Pada Februari tahun ini, titik terendah harga gas alam berada di titik US$ 2,54 per mmbtu. Sejauh ini rebound masih terjadi,” tambah Wahyu.

Dengan demikian, Wahyu tidak memasukkan dampak perang dagang sebagai penyebab fluktuasi harga gas alam. Dirinya tetap melihat pergantian cuaca dan tingkatan suplai gas alam yang mempengaruhi pergerakan harga gas alam.

Melihat hal ini, Wahyu memproyeksikan jika harga gas alam akan menguat seiring dengan derasnya permintaan yang datang dari kawasan Asia.

“Dalam kuartal I-2019, harga gas alam memang lebih banyak terpantau melemah, namun akan datang waktunya konsolidasi, hingga akan mencapai titik tertinggi pada November 2019 dan kembali melesu pada Desember,” jelasnya.

Secara teknikal, Wahyu melihat harga gas alam berada di bawah 50,100, dan 200. RSI berada di area positif 14, stochastic berada di level 14,3,3. Sedangkan MACD berada di level 12,26. Wahyu merekomendasikan buy on weakness.

“Walau terpantau akan kembali melemah, tetap ada potensi rebound alias penguatan. Jadi beli saja terutama saat mendekati harga US$ 2,50 per mmbtu,” lanjutnya.

Untuk proyeksi harga Senin mendatang, Wahyu menilai harga gas alam berada di rentang support US$ 2,68, US$ 2,600, US$ 2,55. Sementara resisten akan berada di titik US$ 2,75, US$ 2,80, US$2,86.

Sementara untuk kisaran sepekan ke depan, Wahyu memprediksi harga gas alam bergerak di rentang US$ 2,50 per mmbtu sampai dengan US$ 2,90 per mmbtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×