kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Faktor eksternal jadi penyebab garangnya rupiah hari ini


Senin, 07 Januari 2019 / 13:42 WIB
Faktor eksternal jadi penyebab garangnya rupiah hari ini


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Rupiah tercatat menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS) di awal pekan ini. Pada Senin (7/1) pukul 11:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.075, atau menguat sekitar 1,33% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual mengatakan jika penguatan ini merupakan kelanjutan dari pertahanan rupiah yang sudah berlangsung sejak minggu lalu. "Appetite investor untuk kembali masuk ke emerging market memang cukup besar," jelasnya saat dihubungi Kontan.co.id pada Senin (7/1).

Emerging Market atau pasar negara berkembang adalah istilah ekonomi untuk merujuk negara dengan keadaan ekonomi rendah menuju ke level menengah dari sisi pendapatan per kapita. Indonesia, dikategorikan oleh analis ekonomi berada dalam kelompok ini.

Sementara itu keadaan pasar negara maju, seperti Amerika Serikat yang sedang limbung, juga ikut mendorong penguatan rupiah. "Minggu lalu, terjadi shutdown pemerintahan AS, maka pelaku pasar cenderung beralih ke Asia maupun negara berkembang," timpal analis Bank Panin William Hartanto.

Tak hanya itu, David menambahkan faktor eksternal lain yang turut mempengaruhi penguatan rupiah juga datang dari rencana kebijakan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell untuk tidak menaikan suku bunga sebanyak tahun lalu.

Di tahun 2018, The Fed tercatat sudah empat kali menaikan suku bunga. "Sekalipun ada kenaikan di tahun 2019, itu tidak akan seagresif tahun lalu. Kebijakan moneter The Fed akan lebih rileks, mungkin hanya terjadi kenaikan dua kali," imbuh David.

Dengan demikian, bukan hal mengejutkan bila akhirnya investor melarikan uangnya ke Asia, termasuk Indonesia. Sebab, dengan potensi yang cenderung dovish, atau tidak ada kenaikan suku bunga acuan dari The Fed, berinvestasi di negeri Paman Sam terancam tidak akan menarik hati investor.

Faktor eksternal lainnya, datang dari optimisme negosiasi dagang antara China dengan AS. "Ada harapan yang tumbuh di pasar, bahwa hasil perundingannya bisa positif," jelas David.

Menilik dari faktor-faktor eksternal ini, David memproyeksikan jika rupiah akan bertahan di level 14.000 - 14.100 sampai keesokan hari. "Kemungkinan adanya overshoot ke bawah juga cukup besar sampai akhir Januari ini," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×