Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volume transaksi surat utang negara (SUN) seri benchmark di pasar sekunder alami menyusut selepas bulan September hingga pertengahan November tahun ini. Adanya sejumlah faktor eksternal membuat para investor berpaling dari SUN seri benchmark.
Sekadar mengingatkan, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan Risiko Kemkeu mencatat, volume transaksi SUN seri benchmark bulan September tercatat sebesar Rp 163,58 triliun. Jumlah ini kemudian turun 14% menjadi Rp 140,56 triliun pada bulan Oktober.
Penurunan volume transaksi SUN seri benchmark masih berlanjut hingga per 24 November lalu. Pada saat itu, transaksi SUN di pasar sekunder baru mencapai Rp 124,34 triliun atau turun 11,5% dari bulan sebelumnya.
Nicodimus Anggi Kristantoro, Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) berpendapat, pengumuman posisi gubernur Federal Reserve yang cukup menyita perhatian pada bulan Oktober lalu membuat volume transaksi SUN seri benchmark menyusut. "Para pelaku pasar cenderung wait and see guna mengantisipasi dampak pergantian tersebut," kata Nico.
Sementara pada bulan November, pelaku pasar tengah mengantisipasi kebijakan suku bunga acuan bank sentral di sejumlah negara dunia. Di saat bersamaan, belum ada sentimen dominan yang sanggup menggerakan pasar obligasi.
Nico pun memperkirakan, volume transaksi SUN seri berpotensi kembali menurun hingga akhir tahun. Hal ini seiring dengan antisipasi pelaku pasar menjelang pertemuan FOMC terkait keputusan kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate di akhir tahun. "Libur natal dan akhir tahun juga membuat waktu bagi para investor untuk bertransaksi juga kian terbatas," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News