Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Surplus neraca perdagangan Eropa Juli 2016 yang menipis jadi beban bagi pelemahan euro di hadapan the greenback.
Mengutip Bloomberg, Kamis (15/9) pukul 17.55 WIB pasangan EUR/USD terkikis 0,08% di level 1,1241 dibanding hari sebelumnya.
Anthonius Edyson, Research and Analyst PT Astronacci International Futures mengatakan meski data inflasi Eropa terhitung stabil di level 0,2% dengan inflasi inti di 0,8% namun euro tetap gagal terangkat.
Data ini tertutup oleh surplus neraca perdagangan yang mengempis. Selain juga teredam oleh antisipasi pasar terhadap jajaran data ekonomi AS yang dinilai lebih baik.
Memang saat ini pasar tengah menanti rilis data penjualan ritel, index manufaktur Philadelphia dan klaim pengangguran mingguan AS. Diprediksi ketiga data ini akan sumbang katalis positif yang bisa melambungkan posisi USD.
“Jika benar membaik tentu akan mengembalikan kepercayaan pasar akan peluang kenaikan suku bunga The Fed pada FOMC akhir bulan,” ujar Edyson.
Nantinya ketiga data ekonomi tersebut yang akan jadi penentu arah pergerakan pasangan ini. Selain tentunya pasar akan menanti data inflasi AS di akhir pekan yang diprediksi tumbuh dari 0,0% menjadi 0,1%.
“Kalau data sebelumnya positif, itu akan jadi indikasi benar inflasi bisa tumbuh, efek domino ke depannya pasar akan semakin optimis dengan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat,” tutur Edyson.
Euro sendiri sangat minim data ekonomi hingga akhir pekan jadi hanya akan mengikuti pergerakan USD. Ditambah lagi dengan semakin dekatnya FOMC, fokus pasar akan sepenuhnya terletak pada arah the greenback. “Tren jangka panjangnya juga EUR/USD masih bearish,” kata Edyson.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News