Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sepanjang Januari hingga Februari 2017, emiten ritel mencatatkan penurunan penjualan. Pada Maret, penjualan membaik dan puncaknya diperkirakan terjadi pada Juni mendatang, seiring momentum bulan puasa, Idul Fitri dan libur sekolah.
Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai, penurunan penjualan ritel di awal tahun ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Pertama, masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya di tengah kondisi perekonomian domestik yang masih melambat.
Kedua, jumlah hari di bulan Februari lebih sedikit, sehingga mempengaruhi volume penjualan. Ketiga, perayaan Galungan dan Kuningan oleh masyarakat Hindu-Bali dilakukan pada April, bukan Februari. Keempat, curah hujan di Februari tinggi, sehingga menyebabkan banjir di sejumlah daerah dan membuat pelanggan enggan keluar rumah untuk belanja.
Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Menurut David, pada bulan Maret kepercayaan konsumen kembali meningkat. Dengan pulihnya kondisi ekonomi, kinerja emiten ritel diperkirakan membaik pada kuartal kedua tahun ini. "Terutama didorong oleh perayaan lebaran," ungkap dia.
Riska Afriani, Analis OSO Sekuritas, juga sependapat. "Saya memperkirakan kinerja sektor ritel baru terlihat pada kuartal kedua, seiring momentum puasa dan lebaran," ujar dia kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Daya beli masyarakat juga membaik. Indeks kepercayaan konsumen di April tercatat naik ke 124 dari sebelumnya di level 122. Indeks penjualan ritel Maret juga tumbuh 3,5% lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang turun 4,9%.
Tapi Kepala Riset Koneksi Capital, Alfred Nainggolan memprediksi pertumbuhan sektor ritel tidak begitu besar tahun ini. Prediksi dia sektor ini tumbuh sekitar 8%, dengan asumsi emiten ritel sudah menaikkan harga di rentang 3%5%.
Toko online
Alfred menilai, pertumbuhan penjualan ritel yang flat disebabkan tiga hal. Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan. Kedua, kompetisi dengan toko online membuat penjualan emiten di sektor ritel cenderung tergerus. "Masuknya pemain bisnis online terus menggerogoti sektor ritel," ujar Alfred.