Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sederet sentimen negatif tengah membayangi emiten ritel. Misalnya saja dari sisi ketidakpastian ekonomi global hingga kenaikan PPN pada April lalu.
Untuk saat ini, analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menilai kenaikan PPN memang tidak substansial. Namun dalam jangka panjang, kenaikan PPN ini bisa mempengaruhi kinerja emiten ritel.
Ia menilai peningkatan PPN di tengah ketidakpastian global berpotensi mengerek biaya operasional peritel. Dus, hal ini bakal mengerek harga yang harus dibayar konsumen yang berdampak pada potensi berkurangnya permintaan konsumen.
"Kami percaya hal ini memiliki dampak jangka panjang pada konsumen mengingat ketidakpastian ekonomi global saat ini," jelasnya dalam risetnya, Jumat (30/6).
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham-saham Tambang Batubara yang Menarik dari Analis
Lebih lanjut dijelaskan, kenaikan inflasi secara secara global dapat mempengaruhi kenaikan harga-harga di dalam negeri. Di sisi lain, berlanjutnya perang antara Ukraina dan Rusia dikhawatirkan meningkatkan harga barang dan jasa, serta memberi tekanan tambahan pada rantai pasokan.
Christine sebenarnya masih optimis terhadap sektor ritel, akan tetapi lebih berhati-hati di sektor ritel. Mengingat, daya beli masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang masih lemah di tengah biaya operasional yang lebih tinggi dan inflasi yang meningkat.
"Kami menurunkan rekomendasi overweight kami menjadi Netral," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (5/7).
Adapun beberapa saham ritel yang dicermatinya direkomendasikan hold untuk RALS dan ACES dengan target harga masing-masing Rp 585 per saham dan Rp 790 per saham. Sementara untuk LPPF dan MAPI disarankan buy dengan target harga masing-masing Rp 4.8190 per saham dan 925 per saham.
Senada, Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengungkapkan, kenaikan PPN memang bisa mengurangi daya beli masyarakat. Apalagi inflasi mulai meningkat akibat kenaikan bahan makanan pokok.
Baca Juga: ARKO, TRGU dan CHEM Masuk Masa Penawaran, Begini Prospeknya Menurut Analis
Cheril memperkirakan, daya beli yang menurun akan mendorong masyarakat cenderung membeli barang-barang yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Dus, emiten-emiten dengan produk barang-barang elektronik berpotensi terdampak signifikan.
Sementara, emiten-emiten ritel yang menjual kebutuhan pokok seperti AMRT memiliki peluang bertahan lebih besar.
"Apalagi AMRT juga gencar develop bisnis digital," jelas Cheril, Selasa (5/7).
Kendati begitu, Cheril cenderung menyarankan hold saham AMRT dengan target harga Rp 2.100 per saham.
Sementara, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mencermati, secara teknikal pada chart mingguan, pergerakan AMRT dan LPPF diperkirakan masih berada pada fase uptrend-nya. Hal ini nampak dari sisi indikator MACD dan stochastic yang masih berada di area positifnya, investor dapat mempertimbangkan untuk buy pada kedua saham ini.
Kemudian, untuk MAPI, MACD sudah memasuki area negatif dan investor dapat trading buy terlebih dahulu.
Untuk RALS dan ACES belum mampu untuk keluar dari fase downtrend-nya dan hal ini juga masih ditunjukkan dengan MACD dan stochastic yang masih berada di area negatif. Melihat hal itu, investor disarankan wait and see terlebih dahulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News