kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.888.000   -12.000   -0,63%
  • USD/IDR 16.340   30,00   0,18%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%

Emiten Mulai Rajin Cari Pendanaan Lewat Pinjaman, Simak Rekomendasi Sahamnya


Jumat, 30 Mei 2025 / 17:14 WIB
Emiten Mulai Rajin Cari Pendanaan Lewat Pinjaman, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Para analis memberikan rekomendasi saham untuk emiten yang makin gencar cari pendanaan lewat pinjaman


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam sebulan terakhir, sejumlah emiten gencar memanfaatkan fasilitas pinjaman atau kredit dari perbankan untuk berbagai keperluan. Hal ini bertepatan dengan momentum penurunan suku bunga acuan.

Terbaru, emiten produsen migas, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengantongi fasilitas kredit perbankan dengan plafon maksimal Rp 8 triliun dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Pinjaman ini memiliki jangka waktu 120 bulan sejak penandatanganan perjanjian kredit dilakukan pada 26 Mei 2025.

Manajemen MEDC dalam keterbukaan informasi pada Rabu (28/5) menyebut, transaksi ini dilaksanakan sebagai bagian dari strategi pendanaan jangka menengah dan/atau panjang perusahaan.

Emiten distributor produk farmasi, PT Millennium Pharmacon International Tbk (SDPC) juga memanfaatkan fasilitas pinjaman. Pada 22 Mei 2025 lalu, emiten ini mendapat perpanjangan dan penambahan fasilitas pinjaman dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 30 miliar, sehingga total plafon pinjaman yang diperoleh perusahaan menjadi Rp 335 miliar.

Jangka waktu fasilitas ini adalah satu tahun. Adapun tujuan fasilitas pinjaman ini untuk menunjang kegiatan usaha SDPC.

Baca Juga: Menilik Prospek Saham Lapis Kedua di Tengah Peningkatan Kinerja IHSG

Emiten menara telekomunikasi, PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) juga menandatangani perjanjian penambahan fasilitas kredit dengan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada 14 Mei 2025 senilai Rp 1,98 triliun.

Fasilitas kredit ini terdiri dari beberapa jenis. Pertama, Kredit Investasi 6 dengan limit kredit sebesar Rp 45 miliar dan jangka waktu 96 bulan. Tujuan kredit ini untuk pembiayaan aset eksisting perusahaan berupa tanah dan bangunan kantor di Kuta, Bali.

Kedua, Kredit Investasi 7 dengan limit kredit Rp 59 miliar dan jangka waktu 96 bulan. Dana dari kredit ini untuk membiayai aset eksisting BALI berupa tanah dan bangunan kantor di Gambir, Jakarta.

Ketiga, term Loan 14 dengan limit kredit Rp 1,56 triliun dan jangka waktu 85 bulan. Kredit ini untuk pembiayaan aset eksisting perusahaan berupa menara telekomunikasi beserta seluruh perlengkapan dan peralatan pendukung.

Keempat, Term Loan 15 dengan limit kredit Tranche A senilai Rp 216 miliar dan Tranche B Rp 96 miliar, serta jangka waktu masing-masing 85 bulan (Tranche A) dan 96 bulan (Tranche B). Kredit ini untuk pembiayaan aset eksisting perusahaan berupa jaringan fiber optik beserta seluruh perlengkapan dan peralatan pendukungnya.

Di luar itu, ada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang dikabarkan sedang mencari pinjaman sindikasi berdenominasi dollar AS senilai US$ 500 juta atau setara Rp 8 triliun.

Melansir Bloomberg, sumber yang mengetahui aktivitas tersebut menyampaikan, ANTM mencari fasilitas pinjaman berupa term loan atau pinjaman berjangka dan revolving credit facility (RCF) atau fasilitas kredit bergulir.

Baca Juga: Catat, Saham-Saham Ini Jadi Penopang Utama IHSG hingga Akhir Mei 2025

Hanya saja, Manajemen ANTM belum merespons pertanyaan Kontan terkait kebenaran dan perkembangan pencarian pinjaman tersebut.

VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan, aktifnya sejumlah emiten mencari pendanaan melalui pinjaman perbankan didorong oleh beberapa faktor.

Di antaranya adalah potensi suku bunga acuan yang bakal kembali turun hingga akhir 2025, fleksibilitas lantaran proses pengajuan pinjaman relatif lebih mudah, hingga keberlangsungan ekspansi yang memang butuh pendanaan jangka panjang.

Tren demikian juga didukung oleh likuiditas perbankan yang lebar, apalagi mulai Juni 2025 Bank Indonesia (BI) menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) dari 5% menjadi 4% sehingga akan membebaskan likuiditas perbankan sekitar Rp 78 triliun. Ditambah lagi, rasio pendanaan luar negeri (RPLN) bank ditingkatkan oleh BI dari 30% menjadi 35%,

“Kami melihat dengan target penggunaan jangka panjang, potensi penurunan suku bunga pada tahun ini hingga 2026, hingga solidnya likuiditas perbankan akan menjadi momentum peningkatan pendanaan dari perbankan,” ungkap dia, Jumat (30/5).

Secara terpisah, Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menambahkan, alasan emiten mencari pendanaan dari pinjaman atau kredit biasanya berkaitan dengan kebutuhan waktu. Dalam banyak kasus, emiten membutuhkan dana secara cepat untuk mendukung kegiatan operasional dan ekspansi bisnis.

Baca Juga: Deretan Saham Ini Jadi Penopang Utama IHSG hingga Akhir Mei 2025

Jika menempuh jalur pendanaan melalui instrumen pasar modal seperti rights issue atau penerbitan obligasi, emiten harus berhadapan dengan proses yang lebih kompleks, memakan waktu, dan butuh persetujuan regulator serta minat investor yang memadai.

Ekky juga mengamini, ekspektasi terhadap penurunan suku bunga acuan turut menjadi salah satu faktor pendorong emiten untuk mengamankan fasilitas pinjaman dalam waktu dekat.

“Dengan inflasi yang terkendali dan kurs yang relatif stabil, banyak pelaku usaha melihat peluang bahwa cost of fund dari perbankan akan lebih kompetitif,” jelas dia, Jumat (30/5).

Dia melanjutkan, tren penggalangan dana melalui pinjaman diperkirakan masih akan berlanjut, terutama bagi emiten di sektor-sektor dengan kebutuhan belanja modal yang besar seperti energi terbarukan, infrastruktur, dan pertambangan. 

Sektor industri tersebut juga mendapat dorongan dari kebijakan pemerintah melalui proyek strategis nasional (PSN), sehingga akses terhadap pembiayaan jangka menengah dan panjang menjadi cukup krusial.

“Dalam konteks ini, pinjaman bank menjadi opsi cepat dan fleksibel untuk menjawab kebutuhan ekspansi,” tutur Ekky.

Senada, Audi juga berpandangan tren pinjaman atau kredit perbankan bakal meningkat dari emiten-emiten sektor energi, pertambangan, infrastruktur, hingga industri dasar. Hal ini seiring dengan adanya kebutuhan ekspansi dan proyek jangka panjang.

 

Audi merekomendasikan beli saham MEDC dengan target harga Rp 1.380 per saham dan beli saham ANTM dengan target harga Rp 3.450 per saham. Dia pun mengingatkan investor agar mencermati tujuan penggunaan dana pinjaman dan kondisi keuangan emiten yang bersangkutan. 

Sementara Ekky menilai, saham MEDC berpotensi melanjutkan penguatan secara teknikal usai memperoleh fasilitas kredit jumbo senilai Rp 8 triliun. Saat ini, level harga di kisaran Rp 1.600—1.650 per saham menjadi area target harga berikutnya bagi MEDC dengan tren harga jangka menengah yang cenderung positif.

Selanjutnya: Harga Bitcoin Masih Bullish Meski Terkoreksi 10%

Menarik Dibaca: Ini 10 Kereta Api Favorit Penumpang Selama Libur Panjang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×