kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Emiten Kesehatan Diramal Tumbuh Positif pada 2024, Ini Sentimen Pendorongnya


Senin, 15 Juli 2024 / 04:35 WIB
Emiten Kesehatan Diramal Tumbuh Positif pada 2024, Ini Sentimen Pendorongnya
ILUSTRASI. Sektor kesehatan domestik akan segera menyambut kehadiran Indonesia Healthcare Corporation (IHC). KONTAN/Baihaki/6/1/2023


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor kesehatan domestik akan segera menyambut kehadiran Indonesia Healthcare Corporation (IHC), operator rantai Rumah Sakit (RS) terbesar di Indonesia yang mengoperasikan 36 RS di seluruh negeri. 

Salah satu proyek utama IHC adalah Bali International Hospital (BIH) yang akan dikembangkan sebagai destinasi wisata medis di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Bali.

Proyek BIH ini berkonsep ramah lingkungan dengan efisiensi perawatan pasien, yang diharapkan akan memberikan insentif kepada pemain yang sudah ada untuk meningkatkan efisiensi mereka agar tetap kompetitif. 

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Ismail Fakhri Suweleh, menyatakan bahwa dengan adanya proyek ini, emiten rumah sakit diprediksi akan tumbuh positif di tahun ini, meskipun tengah menghadapi ketidakpastian ekonomi dan suku bunga tinggi.

IHC menargetkan BIH untuk melayani pasien non-JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), dengan fokus pada pengembangan ekosistem yang mencakup hotel, apotek, dan laboratorium, guna meningkatkan daya saing dengan rekan-rekan regional. 

Baca Juga: Catat! Ini Barisan Konglomerat Penguasa Saham Emiten Papan Atas di Bursa Indonesia

BIH juga bertujuan untuk membangun pusat keunggulan berbasis konsep rumah sakit hijau, yang diklaim dapat meningkatkan efisiensi perawatan pasien sebesar 30% dan mempercepat rata-rata lama rawat inap, sehingga Bed Occupation Rate (BOR) dapat lebih tinggi.

“Kombinasi dari intensitas pendapatan yang tinggi dari bauran kasus, 100% pasien swasta, serta BOR yang lebih tinggi seharusnya memposisikan BIH sebagai RS dengan profitabilitas tinggi sekaligus menjadi penggerak pertama dalam pariwisata medis di Indonesia,” kata Ismail dalam risetnya pada 27 Juni 2024.

IHC juga berencana melakukan Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2028 setelah menyelesaikan transformasi grup dan aplikasi transfer pengetahuan dari kemitraan strategis dengan INA-Swire Pacific HK. 

"Kami percaya bahwa kehadiran IHC akan memberikan insentif kepada para pemain yang sudah ada untuk meningkatkan upaya efisiensi mereka agar tetap kompetitif, dan berpotensi meningkatkan valuasi sektor ini karena dimulainya pariwisata medis," kata Ismail.

Ismail merekomendasikan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) karena perusahaan ini tidak terlalu rentan terhadap gejolak ekonomi dan melayani seluruh kelas menengah. 

Kinerja HEAL pada kuartal I 2024 tumbuh positif berkat inisiatif manajemen dalam optimalisasi pengendalian biaya dan perluasan volume melalui pengoperasian tempat tidur tambahan. 

Traffic pasien di fasilitas pelayanan kesehatan primer di Jakarta menunjukkan pertumbuhan sebesar 27% Year to Date (YtD), dengan volume JKN yang dirujuk ke HEAL sebesar 5%-6%. HEAL berencana menambah empat rumah sakit baru tahun ini, yang akan menambah jaringan RS mereka menjadi 51 pada akhir tahun 2024.

"Maka kami meningkatkan perkiraan laba bersih FY24/25F sebesar 10% hingga 14%," ujarnya.

Baca Juga: IHSG Belum Aman ke Jalur All Time High, Ini Strategi & Rekomendasi Saham dari Analis

Pendapatan HEAL pada kuartal I 2024 tercatat sebesar Rp1,70 triliun, tumbuh 25,9% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023 yang sebesar Rp1,35 triliun. 

Ismail menyebutkan bahwa HEAL memiliki 47 jaringan rumah sakit yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Dengan diresmikannya empat rumah sakit baru tersebut, ditargetkan RS HEAL bisa bertambah menjadi 51 jaringan RS sampai akhir tahun 2024. 

Ismail pun merekomendasikan Overweight untuk HEAL, dengan target harga sebesar Rp 2.000 per saham.

Selaras dengan hal ini, Head Customer Literation and Education dari PT Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi memprediksi bahwa emiten rumah sakit masih akan bertumbuh positif di tahun ini. 

Hal ini didorong oleh ekspansi yang terus dilakukan, seperti HEAL yang menambah kapasitas dengan naik sebesar 16,3% secara year on year (YoY) menjadi 7.700 dan pembangunan empat rumah sakit baru.

Selanjutnya, Audi bilang, ada PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) yang melakukan ground breaking dua rumah sakit, serta PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) yang menargetkan pembukaan rumah sakit baru sebanyak 1-2 di tahun ini.

"Kami melihat hal inilah yang akan menopang pertumbuhan kinerja emiten RS pada tahun 2024," kata Audi kepad Kontan.co.id, Minggu (14/7).

Selain itu, Audi melihat program IHC dengan Singhealth ini akan menjadikan kolaborasi yang meningkatkan ekosistem kesehatan dan juga tenaga kerja di Indonesia, khususnya di Bali. 

Kemudian, dia mengatakan bahwa akan berdampak positif terkait insentif untuk pemain lama dalam meningkatkan ekosistem dalam rumah sakit di Indonesia.

"Meski sampai saat ini kami belum dapat mengkalkulasi implikasinya terhadap kinerja emiten RS lainnya, tetapi adanya program tersebut dapat berdampak pada pengembangan berkelanjutan pada tenaga kesehatan di Indonesia," kata dia

Baca Juga: Dana Kelolaan Industri Reksadana Bertumbuh di Bulan Juni 2024

Dengan demikian, Audi pun merekomendasikan MIKA, karena dia melihat emiten ini masih akan menarik dengan ekspansi penambahan 2 rumah sakit baru tahun ini, "Secara kinerja, kami perkirakan laba bersih tumbuh solid atau naik 24,1% YoY tahun ini," imbuhnya. 

Selanjutnya, Audi mengatakan bahwa hal tersebut juga seiring dengan kinerjanya yang cukup baik di kuartal I-2024, didorong oleh margin yang lebih tinggi dan komposisi pembayar yang lebih baik. 

Ia mencatat margin EBITDA meningkat sebesar 210bps menjadi 37% didukung oleh margin obat-obatan yang lebih baik karena MIKA menerapkan rata-rata kenaikan harga sebesar 8-10% di luar kenaikan ASP secara keseluruhan sebesar 5-7% yang efektif pada bulan Januari 2024. 

Pada saat yang sama, Audi bilang, MIKA berhasil memperoleh diskon dari pemasok obatnya, sebagaimana tercermin pada penurunan biaya obat.

Audi pun merekomendasikan Buy untuk  MIKA dengan target harga Rp 3.200 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×