Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada akhir pekan lalu mengumumkan kasus pertama cacar monyet alias monkeypox di Indonesia. Sejumlah emiten di sektor kesehatan pun ambil ancang-ancang mengantisipasi merebaknya wabah ini.
Di jajaran emiten rumah sakit, Direktur PT Royal Prima Tbk (PRIM) Michael Mok Siu Pen menyampaikan bahwa rumah sakit PRIM memiliki desain khusus agar fleksibel untuk menghadapi tantangan baru. Termasuk dalam hal ketersediaan kapasitas maupun ruangan khusus (isolasi) dalam menangani kasus penyakit yang mudah menular.
"Untuk itu, kami siap menjadi garda terdepan menyehatkan bangsa Indonesia, khususnya di masa pandemi ini. Sebagai bagian dari industri kesehatan, kami memiliki peranan dalam menjadi benteng ketahanan kesehatan nasional," kata Michael saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (22/8).
Emiten rumah sakit lainnya, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) masih bersiap sembari menunggu kebijakan lebih lanjut dari pemerintah.
Baca Juga: Ada Sentimen GIIAS, Cek Rekomendasi Saham Astra Internastional (ASII)
"Sebagai penyedia layanan rumah sakit kami pasti akan mengikuti arahan dan petunjuk dari Menteri Kesehatan terkait hal tersebut," ujar Head of Investor Relations MIKA Aditya Widjaja.
Emiten farmasi juga tidak ketinggalan merespons cacar monyet. Hanya saja, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongtius belum membeberkan secara rinci mengenai strategi KLBF ke depan terkait wabah ini.
Vidjongtius hanya menegaskan bahwa antisipasi harus dimulai dengan program edukasi masyarakat agar kewaspadaan meningkat. Hal itu mesti dilakukan sambil menyiapkan sarana laboratorium serta pengobatannya.
"Kesehatan kita perlu ditingkatkan, edukasi mengenai vaksinasi dan sambil kembangkan kerja sama dengan pihak yang menguasai kompetensi di riset penyakit monkeypox ini," sebut Vidjongtius.
Di sisi yang lain, kasus cacar monyet tampaknya belum menyeret saham emiten farmasi dan rumah sakit. Mayoritas saham masih bergerak sideways atau melemah sejalan dengan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Senin (22/8) ini.
Sekalipun ada kenaikan, hanya secara terbatas. Saham yang bergerak hijau hari ini antara lain PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) yang naik 2,91% ke harga Rp 1.415, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menguat 0,72% ke Rp 1.395, dan PT Soho Global Health Tbk (SOHO) yang naik 1,30% ke level Rp 5.825.
Research Analyst Reliance Sekuritas, Lukman Hakim melihat tren penurunan kinerja pada sebagian emiten farmasi dan rumah sakit hingga paruh pertama tahun ini. Merosotnya kinerja tak lepas dari menurunnya alokasi anggaran negara (APBN) untuk sektor kesehatan seiring dengan pemulihan pandemi covid-19.
Sedangkan terkait kasus cacar monyet, Lukman melihat saat ini masih terlalu dini untuk menilik sentimennya bagi gerak saham emiten sektor kesehatan. Menurutnya, hal yang terlebih dulu perlu dicermati adalah respons pemerintah.
Baca Juga: Dibayangi Koreksi Harga Ayam, Berikut Rekomendasi Saham JPFA dan CPIN
Apabila pemerintah menyiapkan kebijakan hingga anggaran khusus mengantisipasi wabah ini, maka emiten kesehatan akan berperan dalam pengobatan sampai dengan fasilitas perawatan.
"Tidak menutup kemungkinan akan menjadi sentimen positif bagi emiten rumah sakit dan farmasi," ujar Lukman.
Sementara itu, Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati memperkirakan bahwa kasus cacar monyet tampaknya akan lebih bisa diantisipasi. Oleh sebab itu, imbasnya terhadap kinerja maupun pergerakan saham emiten sektor kesehatan ditaksir tidak akan sesignifikan saat pandemi covid-19.
"Pemerintah juga telah cukup belajar dalam menanggulangi Covid sembari menjaga momentum perekonomian. Dengan demikian, tingkat keparahan monkeypox masih dapat diantisipasi," ujar Ike.
Meski begitu, Ike masih melihat adanya ruang bagi emiten farmasi dan rumah sakit untuk tumbuh, meski dengan potensi yang cukup terbatas. Katalis positif datang dari perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih sehat serta penggunaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JKN).
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei punya pandangan serupa. Jono menyoroti prospek kinerja emiten rumah sakit yang ditaksir tahun ini akan tumbuh flat dibandingkan tahun lalu. Terutama karena rata-rata tarif layanan lebih rendah serta kontribusi yang sudah mini dari penanganan covid-19.
Meski begitu, saat ini volume pasien rumah sakit baik rawat jalan dan rawat inap non- covid terus meningkat. Bahkan melebihi level pra-pandemi.
"Sehingga pertumbuhan emiten rumah sakit akan lebih didorong pertumbuhan volume dari bisnis dasarnya," ungkap Jono.
Baca Juga: Saham ADRO Masuk Kapitalisasi Jumbo Indeks FTSE Russell, Apakah Saatnya Beli?
Dengan kinerja Semester I-2022 yang lebih bagus dari rata-rata emiten rumah sakit lainnya, Jono menjagokan saham MIKA dengan target harga Rp 2.950.
"MIKA dapat melewati berbagai tantangan dan layak dijadikan pilihan investasi. Didukung neraca keuangan yang sehat, juga rencana terus ekspansi mengembangkan layanan lebih kompleks dan menjadi rumah sakit digital," terang Jono.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza C. Suryanata juga berpandangan bahwa kinerja emiten rumah sakit masih akan flat, bahkan cenderung tertekan. Namun ada sejumlah ruang yang bisa diisi agar bisa memanen pertumbuhan.
Terutama dengan menyambut tingginya kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan, peluang penetrasi ke luar Jawa, serta pengembangan digitalisasi rumah sakit agar proses bisnisnya semakin efisien. Rekomendasi Liza, saham MIKA menarik dilirik dengan strategi buy on weakness untuk target jangka pendek di Rp 2.750 - Rp 2.800.
Sedangkan saham HEAL, secara teknikal capaian harga di titik tertinggi hari ini pada Rp 1.480 sesuai dengan proyeksi target pola jangka pendek. Namun, Liza melihat dalam jangka menengah ada potensi downtrend, sehingga penguatan saat ini bisa menjadi kesempatan untuk sell on strength.
Di sektor farmasi, Ike menyoroti KLBF, yang masih mampu bertahan dengan pertumbuhan pendapatan dan Earnings per Share (EPS) yang lebih tinggi. Kondisi harga saham KLBF pun sudah cukup terdiskon, sehingga masih menarik dikoleksi dengan target harga di Rp 1.850.
Sedangkan saran Lukman, pelaku pasar lebih baik wait and see terlebih dulu terhadap saham emiten farmasi dan rumah sakit. Sambil mencermati pergerakan harga dan realisasi kinerjanya pada kuartal mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News