Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Yudho Winarto
Selanjutnya, Alfred memprediksi emiten mulai percaya diri untuk mulai membagikan dividen interim pada kuartal IV tahun ini. Oleh karena itu, posisi kas emiten diproyeksi akan kembali turun di tahun depan.
Tak hanya dari jumlah pembagian dividen, adanya peningkatan belanja modal emiten untuk tahun 2022 juga akan memangkas posisi kas emiten.
Baca Juga: IHSG diprediksi menguat, ini rekomendasi saham WIKA, LSIP, dan BSDE besok (9/11)
Alfred menilai, pelaku pasar lebih optimis terhadap kondisi ekonomi 2022 dengan terkendalinya pandemi Covid-19 dan pelaksanaan tappering off The Fed yang sudah jelas.
Sebelumnya, sambung Alfred, optimisme emiten sempat tertahan pasca kembali meledaknya kasus covid-19 yang menyebabkan pemberlakuan PPKM di kuartal III 2021. Menurutnya, dalam kondisi tersebut tentu emiten-emiten akan cenderung wait and see atau menahan ekspansi lebih dulu.
"Tapi pada kondisi saat ini, tentu akan berbeda mengingat penanggulangan Covid dinilai sangat baik, yang berimbas dimulainya pelonggaran pembatasan dan meningkatkan aktivitas ekonomi ke depan," tambahnya.
Untuk melihat posisi kas, Alfred menambahkan, penting bagi investor untuk menilainya dengan menggunakan analisa rasio atau tidak melihatnya hanya dari sisi besarannya saja.
Seperti rasio kas terhadap kapitalisasinya, rasio kas terhadap aset lancarnya, ataupun terhadap utang lancarnya.
Setelah melihat rasionya, penting juga untuk melihat dari sektoranya. Sebab, posisi kas yang tinggi bagi emiten akan semakin baik jika emiten tersebut berada di sektor yang punya prospek baik, sehingga penggunaan kas tersebut akan bisa menghasilkan return yang optimal.
Baca Juga: IHSG naik 0,77% ke 6,632 di perdagangan Senin (8/11), ney buy asing Rp 463,43 miliar
Dari daftar emiten tersebut, Alfred mengatakan emiten seperti BBNI, ASII, PTPP dan UNTR memiliki rasio cash ekuivalen per share dibandingkan harga saham yang lebih besar ketimbang emiten lainnya.
Alfred merekomendasikan saham ASII, UNTR, dan juga BBNI masih layak untuk dikoleksi. Saham-saham tersebut dinilai masih memiliki valuasi PE yang masih murah dibandingkan pasar ataupun sektoralnya.
"Dan emiten-emiten tersebut kami perkirakan masih akan mencatatkan pertumbuhan yang bagus di tahun 2022. Dan terakhir pertimbangan potensi dividen yang dibagikan," pungkas Alfred.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News