kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten consumer Salim Grup bukukan kinerja positif hingga September 2021


Selasa, 30 November 2021 / 21:17 WIB
Emiten consumer Salim Grup bukukan kinerja positif hingga September 2021
ILUSTRASI. Emiten consumer milik Salim Grup kompak membukukan kinerja positif selama sembilan bulan tahun ini.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten consumer milik Salim Grup kompak membukukan kinerja positif selama sembilan bulan tahun ini.

Pendapatan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) tumbuh 23,87% menjadi Rp 72,8 triliun hingga September 2021. Pada periode yang sama tahun lalu pendapatan INDF tercatat sebesar Rp 58,77 triliun.

Berbanding lurus, laba usaha naik 42% menjadi Rp 12,23 triliun dari Rp 8,63 triliun. Adapun margin laba usaha meningkat menjadi 16,8% dari 14,7%.

Laba bersih Indofood tumbuh 44% menjadi Rp 5,41 triliun dari Rp 3,75 triliun. Margin laba bersih INDF naik menjadi 7,4% dari 6,4%. Sedangkan laba inti meningkat 29% menjadi Rp 5,62 triliun dari Rp 4,34 triliun.

Baca Juga: Mengintip saham dan sektor yang menarik tahun depan, apa saja?

Direktur Utama dan Chief Executive Officer Indofood, Anthoni Salim menuturkan pertumbuhan positif tersebut didorong oleh ketangguhan model bisnis INDF. "Di tengah-tengah berbagai tantangan dalam pemulihan global, termasuk peningkatan harga komoditas, ketangguhan model bisnis kami telah dapat memberikan dasar yang kokoh dalam menghasilkan kinerja yang baik di periode sembilan bulan pertama tahun 2021 ini," ujar Anthoni dalam siaran pers, Selasa (30/11).

Demikian halnya dengan anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang membukan kinerja positif hingga kuartal III 2021. Pendapatan ICBP tumbuh 25,75% menjadi Rp 42,62 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 33,89 triliun.

Laba usaha Indofood CBP naik 37% menjadi Rp 8,82 triliun dari Rp 6,42 triliun. Sehingga, margin laba usaha ICBP meningkat menjadi 20,7% dari 19%.

Laba bersih ICBP juga tumbuh 25% menjadi Rp 4,97 triliun dari Rp 3,96 triliun. Sementara, margin laba bersih stabil pada kisaran 11,7%. Adapun laba inti ICBP meningkat 18% menjadi Rp 5,17 triliun dari Rp 4,4 triliun.

Baca Juga: Atur Strategi Agar Tetap Kuat Menghadapi Serangan Omicron

Anthoni yang juga menjabat sebagai Direktur Utama dan CEO ICBP menuturkan bahwa di tengah situasi pasar global yang penuh tantangan dan naiknya harga-harga komoditas, ICBP dapat mencatatkan kinerja yang kuat pada periode sembilan bulan tahun ini. "Didukung oleh kerja keras para karyawan dan kekuatan model bisnis yang terintegrasi, kami tetap positif untuk dapat menghadapi berbagai tantangan serta mempertahankan kinerja kami secara berkelanjutan," ujar dia.

Sebagai informasi, kegiatan operasional ICBP didukung oleh lebih dari 60 pabrik yang tersebar di berbagai wilayah utama di Indonesia. Selanjutnya, sebagai bagian dari strategi pengembangan kegiatan usahanya, perusahaan telah mengakuisisi Pinehill Company Limited, produsen mie instan yang memiliki lebih dari 20 pabrik berlokasi di Afrika, Timur Tengah dan Eropa Tenggara yang menempatkan ICBP sebagai salah satu produsen mie instan terbesar di dunia dengan pangsa pasar yang kuat secara global.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Mimi Halimin menilai sepanjang 2021 perusahaan makanan dan minuman atawa food and beverage (F&B) menghadapi masa-masa sulit untuk mempertahankan margin profitabilitasnya. Antara lain, kenaikan harga komoditas, lambatnya pemulihan daya beli akibat pandemi yang berkepanjangan, dan/atau bauran produk.

Baca Juga: Emiten Barang Konsumsi Terjepit Komoditas dan Daya Beli

Memasuki tahun 2022, pihaknya meyakini bahwa kondisi secara bertahap bisa lebih baik daripada tahun 2021. Pembukaan kembali ekonomi seharusnya menjadi pertanda baik bagi pemulihan daya beli, yang diterjemahkan menjadi penjualan yang lebih baik bagi perusahaan konsumen.

"Prospek harga komoditas sulit diprediksi, tetapi kami percaya bisa turun dari level 2021 karena kesenjangan permintaan pasokan kemungkinan akan mereda," tulisnya dalam riset Senin (29/11).

Mimi juga meyakini bahwa risiko kenaikan harga komoditas dapat dimitigasi dengan memberikan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen dan/atau melakukan efisiensi biaya, terutama di tingkat operasional. Selain itu, kinerja Rupiah yang tangguh juga dapat memitigasi dampak kenaikan harga komoditas.

Baca Juga: Cengkeraman Sektor Finansial Salim

Karenanya, ia menilai emiten F&P dapat mempertahankan margin kotor 2022 relatif stabil dari perkiraan margin kotor 2021. Bahkan, ia memperkirakan untuk INDF dan ICBP bisa mencatatkan pertumbuhan laba bersih, masing-masing 8,8% dan 8,3%.

Secara umum, Mimi memberikan pandangan netral untuk sektor consumer goods di 2022. "Kami berharap tahun 2022 akan menjadi tahun pemulihan yang akan mengarah pada penjualan yang lebih baik bagi perusahaan. Namun, kenaikan kecil pada upah minimum provinsi 2022 mungkin membatasi pemulihan daya beli," imbuhnya.

Adapun untuk INDF dan ICBP, Mirae Asset menyematkan rating buy dengan target harga masing-masing sebesar Rp 8.300 per saham dan Rp 10.925 per saham. Pada penutupan perdagangan Selasa (30/11), saham INDF dan ICBP masing-masing ditutup melemah ke Rp 6.300 dan Rp 8.450.

Baca Juga: Sektor consumer goods masih tertekan, analis jagokan saham-saham ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×