kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Emiten barang konsumen lakukan efisiensi saat pandemi Covid-19, simak strateginya


Rabu, 22 Juli 2020 / 20:26 WIB
Emiten barang konsumen lakukan efisiensi saat pandemi Covid-19, simak strateginya
ILUSTRASI. Produk PT. Kino Indonesia. KONTAN/Baihaki/26/11/2015


Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pendemi Covid-19, emiten barang konsumen memang cenderung defensif. Meski begitu, beberapa emiten sektor barang konsumen tetap melakukan efisiensi agar bisa bertahan menghadapi pandemi. 

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk misalnya, emiten berkode SIDO itu memangkas biaya iklan dan promosi dalam rangka efisiensi operating expenditure (opex). 

"Akun biaya iklan dan promosi, karena merupakan salah satu komponen biaya yang terbesar di laporan keuangan Sido Muncul," jelas Direktur Keuangan Sido Muncul Leonard kepada Kontan.co.id, Selasa (21/7). 

Baca Juga: IHSG ramai sentimen hingga akhir tahun, investor bisa cicil beli saham sektor ini

Asal tahu saja, penayangan iklan TV pada bulan Juni 2020 lebih sedikit dibanding Desember 2019. Ini menyebabkan beban akrual SIDO di semester I-2020 mengalami penurunan menjadi Rp 50,06 miliar dari Rp 119,18 miliar dari akhir tahun 2019. 

Adapun biaya promosi dan iklan berkontribusi hingga 67,84% dari total beban akrual, atau setara Rp 33,96 miliar. 

Leonard menjelaskan, di sisa tahun ini SIDO akan lebih selektif dan efektif lagi dalam melakukan aktivitas iklan dan promosi. SIDO berusaha menjaga rasio iklan dan promosi terhadap penjualan di bawah 10%. 

Berbeda dengan SIDO, emiten barang konsumen lainnya PT Kino Indonesia Tbk (KINO) justru tidak memangkas biaya iklan promosi. 

"Biaya ini diperlukan untuk terus memperbesar market produk yang kami tawarkan," jelas Direktur KINO Budi Muljono ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (22/7). 

Mengutip laporan keuangan KINO di kuartal I 2020, KINO mencatatkan biaya iklan dan promosi hingga Rp 224,73 miliar. Jumlah itu meningkat 16,33% year on year (yoy) dari Rp 193,19 miliar.

Adapun biaya tersebut berkontribusi hingga 60,35% terhadap total beban penjualan KINO yang tercatat Rp 372,39 miliar di kuartal I 2020. 

Baca Juga: Produk minuman kesehatan topang kinerja Sido Muncul (SIDO) di semester I 2020

KINO melihat penurunan biaya iklan dan promosi bisa berdampak pada penurunan penjualan, sehingga pihaknya akan melakukan perhitungan terlebih dahulu jika memang biaya tersebut akan dipangkas. 

"Kami selalu berusaha agar biaya yang kami keluarkan akan dapat berdampak positif terhadap penjualan," imbuh Budi. 
Ke depan, Budi masih akan memastikan agar biaya yang dikeluarkan tepat sasaran dan mampu meningkatkan penjualan serta loyalitas konsumen. 

Sekadar informasi, biaya iklan di emiten barang konsumen seperti PT Mayora Indah Tbk (MYOR) juga menjadi salah satu biaya yang besar di samping bahan baku. 
Mengutip riset dari Fitch Ratings Indonesia, Selasa (21/7), biaya iklan mencapai 16% dari total beban pokok penjualan dan biaya operasional. 

Dalam risetnya juga dijelaskan, apabila MYOR mampu melakukan efisiensi biaya, ke depan margin EBITDA Mayora berpotensi pulih. Fitch Ratings Indonesia memperkirakan margin EBITDA Mayora akan pulih menjadi 14% hingga 15% pada 2021 dan 2022. Adapun secara sementara margin EBITDA Mayora akan turun di bawah 14% di tahun 2020 ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×