Reporter: Kenia Intan | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten perbankan PT Bank Bukopin Tbk berencana menggelar Penawaran Umum Terbatas (PUT) V atau rights issue. Rencana aksi korporasi ini akan menjadi bahasan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan dilaksanakan Kamis (18/6) pekan depan.
Rights issue yang telah digaungkan sejak tahun lalu itu bertujuan meningkatkan permodal Bukopin. Sebab, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) Bukopin telah mendekati batas minimum yang ditetapkan 8% hingga 12%. Asal tahu saja, berdasar laporan keuangan di kuartal I 2020, CAR emiten berkode BBKP itu berada di level 12,59%.
Baca Juga: Sah, KB Kookmin Bank bakal jadi pengendali Bank Bukopin
Berdasar informasi Kontan.co.id sebelumnya, Bukopin telah memiliki pembeli siaga yang siap menyerap rights issue tersebut. Kabarnya, emiten plat merah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) salah satunya.
BBNI akan mengambil alih aset-aset kredit sebagai ganti atas dana yang masuk ke Bukopin. Tidak hanya BBNI, bank BUMN besar lainnya juga disiapkan masuk ke rights issue itu.
Menanggapi hal ini, Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menjelaskan bahwa skema tersebut sangat mungkin dilakukan. Bank-bank besar plat merah memiliki kondisi keuangan yang baik, sehingga bisa menyelematkan bank-bank kecil yang kesulitan.
Apalagi, lanjutnya, akan berbahaya jika bank dibiarkan bangkrut atau gagal bayar di tengah kondisi seperti saat ini. Masyarakat yang panik akan menarik dana yang disimpan, tidak hanya di bank mengalami kebangkrutan, tetapi juga di bank-bank besar lain.
" Itu bisa berdampak sistemik," ungkap Teguh ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (11/6)
Menurutnya, agar CAR Bukopin berada di batas aman, katakanlah 15%, setidaknya emiten-emiten plat merah itu menyuntikan dana Rp 1 triliun hingga Rp 2 triliun. Melihat kondisi keuangan emiten perbankan plat merah, jumlah itu sangat sanggup untuk dilakukan.
Apalagi, salah satu pemegang sahamnya, Kookmin Bank Co., Ltd, juga punya komitmen untuk menambahkan sahamnya di Bukopin. Adapun asset emiten-emiten BUMN yang besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tercatat di atas Rp 1.000 triliun. Sementara, asset BBNI yang berada di kisaran Rp 868,45 triliun juga dinilai masih mencukupi.
Baca Juga: Sampai babak final, Kookmin Bank bakal jadi pemegang saham pengendali Bukopin
Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menambahkan, lembaga yang memiliki likuiditas besar menolong yang kekurangan likuiditas merupakan salah satu solusi agar kepercayaan terhadap lembaga keuangan di industri perbankan tetap terjaga.
Ia juga menjelaskan, kondisi fundamental bank BUMN, seperti Non Performing Loan (NPL) dan Net Interest Margin (NIM), tidak akan terpengaruh selama tidak ada penurunan NIM kepada debitur. Asal tahu saja, bank yang dibantu tersebut tidak terhitung sebagai debitur.
Sentimen positif jangka panjang
Teguh tidak memungkiri, jika skema ini terealisasi maka akan menjadi sentimen negatif bagi saham BUMN besar dalam jangka pendek. Sebab di pasar, aksi tersebut terkesan bank besar menggelontorkan dana untuk perusahaan dengan aset yang tidak menarik.
Akan tetapi, untuk jangka panjang, langkah bank-bank BUMN bisa menguntungkan. Sebab ketika dikelola dengan manajemen perusahaan besar, bank-bank kecil memiliki potensi bertumbuh ke depannya.
Tidak jauh berbeda, Aria mengungkapkan bahwa prospek saham-saham plat merah masih menarik. Ia menilai, kredit yang sudah diambil alih pastinya memiliki risiko yang sudah terukur.
Baca Juga: Lakukan restrukturisasi, Bank Mandiri tambah pencadangan hingga Maret 2021
" Untuk masalah yang masih menjadi beban tak teralihkan akan diposisikan sebagai risiko kerugian di bank yang lama," jelasnya.
Adapun ia melihat saham seperti BBRI, BMRI, dan BBNI masih menarik dijadikan pilihan investasi. Adapun BMRI buy Rp 4.400 dengan target harga Rp 6.000. BBRI buy Rp 2.750 dengan target Rp 3.600, dan BBNI buy 4.000 degan target Rp 5.500.
Sekadar informasi, berdasar data dari RTI Business, mayoritas saham Bukopin dimiliki oleh PT Bosowa Corporindo hingga 2,73 miliar atau setara 23,95%.
Sementara itu, Kookmin Bank Co., Ltd. memiliki 2,56 miliar saham atau setara 22%. Negara Republik Indonesia tercatat punya 1,04 juta saham atau 8,92% saham. Masyarakat memiliki 5,32 juta saham atau setara 45,69%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News