kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45905,12   1,79   0.20%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten alat berat pilih konservatif


Senin, 08 Januari 2018 / 07:30 WIB
Emiten alat berat pilih konservatif


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten alat berat turut mencicipi manisnya harga komoditas sepanjang tahun lalu. PT United Tractors Tbk (UNTR), misalnya, berani mematok target penjualan pada 2017 melonjak 60% dari pencapaian di 2016. Namun di 2018, target penjualan UNTR cenderung konservatif.

Selama 2017, UNTR mengharapkan, penjualan alat berat merek Komatsu mencapai 3.500 unit. Jumlah itu tumbuh 60,48% dibanding penjualan 2016 sebanyak 2.181 unit. Hingga akhir Oktober 2017, mereka sudah mencatatkan penjualan 3.058 unit.

Meski bisnis di 2017 berjalan moncer, UNTR memilih realistis menghadapi 2018. Sepanjang tahun ini, UNTR hanya memasang target pertumbuhan penjualan alat berat sebesar 10% menjadi 3.800 unit. “Tahun lalu tumbuh 60% karena harga batubara lebih baik dibanding 2016. Pada tahun ini, mempertimbangkan harga batubara yang stabil, maka kenaikan penjualan lebih moderat,” ungkap Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis kepada KONTAN beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, PT Intraco Penta Tbk (INTA) juga memasang target kenaikan pendapatan 2018 tak jauh berbeda dari  2017. Tahun lalu, INTA menargetkan pendapatan tumbuh 20%. Tahun ini, mereka optimistis, meraih pertumbuhan pendapatan sebesar 20% dibandingkan dengan proyeksi pendapatan tahun lalu Rp 1,8 triliun.

Aditya Perdana Putra, Analis Semesta Indovest, menilai, target emiten alat berat tahun ini cukup rasional. Itu mengacu outlook sub-sektor alat berat sepanjang 2018. Tentu, penentuan target tersebut mempertimbangkan prospek sektor pertambangan, konstruksi, dan jasa lain.

Pertumbuhan emiten alat berat tahun ini memang cukup konservatif, kira-kira 10%–15%. "Justru jika realisasi penjualan di atas estimasi, hal itu memberikan earning sureprise di mata investor. Harga saham pun akan terkerek,” ujar Aditya, Sabtu (6/1).

Sejauh ini, sektor pertambangan masih berpengaruh besar terhadap kinerja emiten alat berat. Di 2018, Aditya memprediksi, kenaikan harga rata-rata komoditas 5%–8%. Faktor pemicu, misalnya, permintaan yang lebih baik dan pasokan batubara Indonesia yang banyak.

Tapi, beberapa peraturan internasional cukup memengaruhi harga komoditas. Contoh, rencana pembatasan penggunaan batubara oleh Jepang. “Ini bisa membuat ekspektasi harga komoditas turun,” kata Aditya. Meski begitu, ia melihat, outlook pertambangan masih cukup positif sekalipun moderat.

Di sektor alat berat, Aditya menjagokan saham UNTR. Yang jadi pertimbangan adalah, pangsa pasar dan margin emiten. Ia pun merekomendasikan buy UNTR, dengan target Rp 33.500 per saham.

Selain itu, menurut Aditya, investor bisa melirik saham small-middle cap, seperti INTA dan Hexindo Adiperkasa (HEXA). "Bisa maintain buy, tapi lihat prospek bisnisnya. Perhatikan juga corporate action dan laporan keuangan di 2018," saran dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×