Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Membaiknya pasar saham di Eropa dan Asia serta tingginya perhatian pasar akan langkah moneter Bank of England terbaru untungkan dollar AS yang kemudian jadi pengganjal pergerakan harga emas dunia. Penurunan harga emas bahkan sudah berlangsung dalam enam hari terakhir.
Mengutip Bloomberg, Kamis (14/7) pukul 17.12 WIB harga emas kontrak pengiriman Agustus 2016 di Commodity Exchange merosot 1,13% ke level US$ 1.328,30 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir harga emas sudah menukik 2,48%.
Yulia Safrina, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan perbaikan keadaan di pasar saham Eropa dan Asia jadi beban bagi harga emas. Pelaku pasar memilih untuk beralih ke aset berisiko dan sesaat meninggalkan safe haven.
Belum lagi kini pasar tertuju pada langkah moneter terbaru Bank of England pasca Brexit dan pergantian kepemimpinan Perdana Menteri. Antisipasi ini menguntungkan USD karena menggerus kekuatan poundsterling. Untuk jangka pendek hal tersebut berimbas negatif pada menurunnya daya tarik emas di pasar global.
“Ada ekspektasi pelonggaran stimulus dari BoE untuk menghadapi risiko Brexit bagi ekonomi Inggris, jadi sesaat menahan harga. Pasar wait and see,” imbuh Yulia.
Selain pasar juga berbalut optimisme dari pelonggaran stimulus yang akan dilakukan People's Bank of China (PBOC) dan Bank of Japan. Hal tersebut sesaat akan menggerus permintaan emas, pasar akan berharap pada aktivitas ekonomi yang tergenjot dan berpaling dari safe haven.
Yulia pun menduga kans harga emas turun lagi di akhir pekan masih terbuka. “Kalau hasil BoE direspon negatif, artinya dollar AS menguat, ya emas terpuruk lagi,” ujar Yulia.
Karena memang untuk saat ini belum ada katalis besar yang bisa menggerakkan harga emas selain sentimen yang datang dari Inggris dan Amerika Serikat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News