kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emas masih jadi instrumen jawara hingga kuartal 3, berpotensi naik hingga akhir 2020


Jumat, 02 Oktober 2020 / 22:07 WIB
Emas masih jadi instrumen jawara hingga kuartal 3, berpotensi naik hingga akhir 2020
ILUSTRASI. Hingga kuartal III-2020 emas masih menjadi investasi jawara pemberi return tertinggi.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor pada aset safe haven meningkat di tengah pandemi Covid-19 yang tidak kunjung selesai. Alhasil, hingga kuartal III-2020 emas masih menjadi investasi jawara pemberi return tertinggi. 

Mengutip Bloomberg, harga emas spot di sepanjang kuartal III-2020 tumbuh 22,29%. Kinerja logam mulia Antam juga tumbuh signifikan sebesar 17,64% di periode yang sama. Kinerja emas ini melebihi kinerja instrumen investasi lain, seperti pasar obligasi yang memberikan return sekitar 7%. Sedangkan kinerja pasar saham masih minus.

Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan, ketidakpastian kapan pandemi berakhir menggiring investor untuk mengamankan dana investasi mereka. "Investor butuh keamanan tidak mau investasi di aset berisiko dulu untuk jangka pendek ini dan memilih emas," kata Eko, Jumat (2/10). 

Bussines Manager Indosukses Futures Suluh Adil Wicaksono juga mengatakan bahwa pergerakan harga emas yang berada di kisaran US$ 1.900 per ons troi menandakan bahwa investor memang berlari ke emas sebagai aset safe haven

Baca Juga: Euro mengalahkan dolar AS dan yen Jepang sebagai mata uang dengan return tertinggi

Eko memandang investor masih bisa memegang kepemilikan emas mereka hingga akhir tahun karena potensi kenaikan harga masih mungkin terjadi meski tidak signifikan. Sementara di 2021 jika vaksin sudah bisa disebarluaskan, Eko memandang harga emas berpotensi menurun.

Selain itu pelaku pasar juga harus waspada pada hasil pemilihan presiden di Amerika Serikat (AS). "Setelah pemilu AS pasar akan mengetahui kepastian arah kebijakan di AS yang baru, jika sesuai ekspektasi pasar, investor bisa pindah ke aset berisiko dan meninggalkan emas," kata Eko. 

Suluh menambahkan, pergerakan dolar AS ke depan berpotensi melemah terkena sentimen pemilu AS, suku bunga acuan The Fed yang masih rendah dan stimulus. "Saat ini bank sentral masih cenderung mendorong harga emas tetap di atas meski belum kembali terbang lagi," kata Suluh. 

Baca Juga: Emas jadi instrumen paling cuan hingga kuartal III-2020

Bahkan, Suluh memproyeksikan harga emas berpotensi naik ke US$ 2.000 per ons troi di akhir tahun. Namun, penguatan harga emas bergantung pada hasil pemilu AS dan dampaknya pada dolar AS yang ujungnya mempengaruhi harga emas. 

Sementara, penurunan harga emas di sepanjang September terjadi karena aksi profit taking setelah emas menyentuh rekor harga tertinggi. "Jangan khawatir, sentimen positif yang menyokong harga emas banyak dan emas masih terlalu dini untuk bergerak dalam tren menurun," kata Suluh. Pemberitaan mengenai perkembangan pengadaan vaksin Covid-19 juga tidak membawa harga emas saat ini turun. 

Selain emas, Eko memandang investasi di pasar obligasi baik melalui reksadana pendapatan tetap maupun Surat Berharga Negara (SBN) ritel, juga menarik. Menurut Eko di tengah kondisi yang tidak pasti, investor perlu memiliki instrumen investasi yang bisa memberikan kestabilan imbal hasil, salah satu alternatifnya adalah di pasar obligasi. 

Baca Juga: Sore ini, harga emas spot ada di level US$ 1.907 per ons troi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×