kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Euro mengalahkan dolar AS dan yen Jepang sebagai mata uang dengan return tertinggi


Jumat, 02 Oktober 2020 / 21:52 WIB
Euro mengalahkan dolar AS dan yen Jepang sebagai mata uang dengan return tertinggi
ILUSTRASI. Pamor safe haven makin gemilang di tengah ketidakpastian.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah ketidakpastian ekonomi dan pandemi Covid-19, pamor safe haven sebagai instrumen investasi semakin berkilau. Hal ini tercermin dari imbal hasil instrumen emas yang melambung. Sepanjang tahun ini, tercatat emas spot memberikan imbal hasil tertinggi, yakni  24,29%. Sementara emas berjangka dan emas keluaran PT Aneka Tambang melengkapi di posisi kedua dan ketiga, dengan imbal hasil 22,24% dan 17,64% .

Namun, meski aset safe haven seperti emas menjadi instrumen dengan cuan paling tinggi, hal yang sebaliknya justru terjadi di instrumen mata uang. Dolar AS dan yen Jepang yang dikenal sebagai safe haven justru memiliki imbal hasil lebih kecil dibanding euro. USD/IDR tercatat hanya menawarkan return 7,31% sementara JPY/IDR sebesar 10,39%. Bandingkan dengan EUR/IDR yang memiliki imbal hasil 12,03% sepanjang tahun ini.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, kinerja euro terus menguat atas mata uang utama dunia lainnya setelah negara Uni Eropa menyepakati paket bantuan pandemi sebesar 750 miliar euro. Hal ini kemudian membuat investor melihat bahwa negara-negara di kawasan Eropa akan cepat pulih dari krisis ketimbang AS. 

“Sementara penguatan euro terhadap rupiah karena emerging markets paling rentan akan outflow ataupun inflow. Ketika terjadi krisis, investor memilih keluar dari pasar emerging markets, termasuk Indonesia,” ujar Alwi kepada Kontan.co.id, Jumat (2/4).

Baca Juga: Sepuluh saham berkapitalisasi besar jadi laggard IHSG September, berikut prospeknya

Namun, Alwi menilai prospek ke depan kemungkinan akan lain, dengan adanya gelombang kedua virus corona di Uni Eropa, kemungkinan investor akan menjauh dari mata uang tersebut, termasuk terhadap rupiah. Alwi menghitung, setelah harga EUR/IDR menyentuh level tertinggi di 17.760, harga akan terus mengalami penurunan. 

“Jika kondisi global terus membaik, kemungkinan akan terjadi carry trade, di mana investor akan mencari imbal hasil yang lebih tinggi, dengan mata uang yang bunganya kecil. Imbal hasil obligasi Indonesia masih menarik ketimbang imbal hasil obligasi Eropa,” sambung Alwi.

Untuk mata uang, Alwi merekomendasikan mata uang safe haven seperti dolar AS dan yen Jepang yang punya pergerakan lebih stabil. Pun sifatnya sebagai safe haven akan menjadi nilai tambah ketika ketidakpastian ekonomi kembali berlanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×