Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kekhawatiran kembali muncul di kalangan pelaku pasar, emas kembali berada dalam tren penguatan.
Merujuk Bloomberg, harga emas spot saat ini pada pukul 16.30 WIB berada di level US$ 1.764 per ons troi. Sedangkan harga emas berjangka Comex pengiriman Agustus 2020 berada di level US$ 1.733 per ons troi.
Padahal, pada awal Juni emas berjangka sempat jatuh ke level US$ 1.683 per ons troi. Penurunan ini disebabkan oleh kembali diliriknya aset berisiko setelah aktivitas ekonomi di berbagai negara telah dibuka.
Baca Juga: Laju bullish emas diproyeksikan masih belum akan berhenti dalam waktu dekat
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan aset safe haven seperti emas kembali dilirik investor setelah pembukaan lockdown ternyata membuat kasus gelombang kedua virus corona kembali bermunculan. Selain itu, faktor krisis di berbagai belahan negara belakangan ini juga mendorong emas semakin mengkilap.
“Emas sebagai aset nilai lindung tentu diuntungkan ketika krisis dan ketidakpastian kembali melanda pasar. Belum lagi, dengan adanya stimulus moneter di tengah resesi global juga akan menambah pamor emas,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (25/6).
Emas diperkirakan masih akan terus melanjutkan tren positifnya ke depan. Terlebih, International Monetary Fund (IMF) menurunkan outlook untuk perekonomian dunia, diproyeksikan akan mengalami resesi yang lebih dalam dan pemulihan yang lebih lamban dibanding proyeksi pada dua bulan silam.
Wahyu menilai, dengan tren saat ini, emas sangat mungkin akan menembus level US$ 1.800 per ons troi. Jika tidak terjadi dalam waktu dekat, setidaknya Wahyu memperkirakan level tersebut masih akan tetap tercapai pada akhir tahun nanti.
Baca Juga: Jelang sore, harga emas spot makin menguat ke level US$ 1.766 per ons troi
Sementara itu, dengan emas yang permintaannya telah meningkat hampir 600 ton pada 2020, ditambah lagi dengan interest rates AS yang negatif, Goldman Sachs Group Inc. memproyeksikan emas akan mampu menyentuh rekor US$ 2.000 dalam 12 bulan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News