kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Elnusa membidik pendapatan Rp 3,7 triliun


Sabtu, 16 Januari 2016 / 10:48 WIB
Elnusa membidik pendapatan Rp 3,7 triliun


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Elnusa Tbk (ELSA) tetap optimistis menyambut tahun 2016 di tengah penurunan harga minyak. Emiten jasa minyak dan gas ini menargetkan, pendapatan Rp 3,7 triliun alias bisa melebihi estimasi pendapatan tahun lalu.

Fajriyah Usman, Vice President of Corporate Secretary ELSA, mengungkapkan, walaupun saat ini industri minyak dan gas sedang bergejolak, ELSA yakin mampu menghasilkan tambahan pendapatan. "Mengingat hingga saat ini kami telah memiliki kontrak Rp 5,6 triliun yang akan direalisasikan sebesar Rp 3 triliun pada tahun ini," kata Fajriyah dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Jumat (15/1).

ELSA juga optimistis, bisa mengantongi laba bersih lebih dari Rp 325 miliar. ELSA yakin bisa mencetak pertumbuhan margin laba bersih 15%.

Budi Rahardjo, Direktur Keuangan ELSA sebelumnya mengungkapkan, proyek seismik yang ELSA dapatkan sudah mulai berjalan pada akhir tahun lalu. Perlu diketahui, proyek seismik yang dimenangkan ELSA senilai US$ 86 juta dengan jangka waktu pengerjaan selama dua tahun.

Muhammad Al'Amin, Analis Milenium Danatama Sekuritas, memprediksi, agak sulit bagi ELSA meraih pendapatan sekitar Rp 3,7 triliun pada tahun ini. Harga minyak terus tertekan dan cenderung melemah di bawah US$ 30 per barel sehingga target tersebut dirasa kurang realistis.

Ia berpendapat, klien-klien ELSA selain Pertamina, akan menurunkan produksi minyak dan tentu hal itu akan berimbas pada pendapatan. Amin memprediksi, laba bersih perseroan berpeluang tertekan karena keuntungan kurs akan berkurang.

Maklum, pemerintah mengeluarkan kebijakan transaksi menggunakan rupiah. Selama ini, laba bersih perusahaan selalu ditopang oleh keuntungan yang berasal dari selisih kurs. Sehingga aturan wajib rupiah akan berpengaruh banyak ke perusahaan.

Di sisi saham Al Amin melihat, saham ELSA dan komoditas lain masih belum menarik. "Belum menarik untuk masuk, seiring dengan penurunan harga minyak dunia. Ya, untuk saham komoditas overall masih kurang bagus," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×