kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,80   -12,69   -1.37%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor turun, harga timah melambung


Kamis, 19 April 2018 / 08:09 WIB
Ekspor turun, harga timah melambung
ILUSTRASI. Balok Timah Berkualitas


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor timah Indonesia menyusut selama kuartal pertama tahun ini. Kondisi tersebut membawa angin segar bagi pergerakan harga timah di pasar global. Harga logam industri ini langsung melejit hingga 2%. Bahkan tren kenaikan harga berpotensi berlanjut hingga sepanjang kuartal dua ini.

Pada penutupan perdagangan Selasa (17/4) lalu, harga timah untuk kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) tercatat tumbuh 2,14% menjadi US$ 21.475 per metrik ton. Dibandingkan sepekan sebelumnya, harga timah sudah meningkat sebesar 2,87%. "Harga timah naik lantaran permintaan cukup tinggi, tetapi hal ini tidak diimbangi dengan pasokan," ungkap analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto kepada KONTAN, Rabu (18/4).

Sekadar contoh, realisasi ekspor PT Timah Tbk (TINS) terbilang masih rendah. Dari target total ekspor tahun ini sebesar 80.000 ton, ternyata hingga realisasi hingga kini baru 5.000 ton. Menurut Andri, penurunan ekspor juga terjadi pada beberapa produsen timah lainnya.

Sejak Maret 2018, kegiatan ekspor timah PT Timah Tbk memang terhenti lantaran terbitnya Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 11/2018 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan Pelaporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba). Salah satu poinnya, menghapus rekomendasi ekspor dari Ditjen Mineral dan Batubara.

Mandeknya kegiatan ekspor TINS lantaran Kementerian Perdagangan (Kemdag) belum mengubah aturan mainnya. Di aturan Kemdag, persetujuan ekspor masih memerlukan rekomendasi ekspor atau eksportir terdaftar dari Kementerian ESDM.

Menurut Andri, sebagai negara pengekspor timah nomor tiga terbesar di dunia, penurunan ekspor Indonesia dalam tiga bulan terakhir hingga 45% cukup berpengaruh. Apalagi, saat ini permintaan timah tinggi. Sektor elektronik, telepon pintar dan komponen baterai sedang berkembang pesat.

Hal ini tercermin dari realisasi produksi industri AS pada Maret yang tumbuh di atas ekspektasi. Awalnya diperkirakan produksi industri hanya naik 0,3%, tetapi realisasinya naik 0,5%. Begitu juga pertumbuhan sektor konstruksi dan manufaktur Tiongkok pada Maret yang tumbuh 6,3%.

Andri meyakini persoalan pasokan masih menjadi katalis positif hingga kuartal kedua tahun ini. Pada akhir Juni nanti, harga timah bisa naik ke US$ 21.500 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×