Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Usai pingsan panjang, tahun depan perekonomian global bakal siuman. PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) berpeluang menangkap berkah dari potensi ini. Maklum, emiten saham produsen ban ini mengandalkan penjualan ban pada pasar ekspor.
Bila ekonomi dunia membaik, permintaan ban dari luar negeri berpotensi meningkat. Tahun ini saja, ekspor ban GJTL sudah memperlihatkan tanda-tanda meningkat. Kuartal II-2013, ekspor ban GJTL mencapai Rp 987 miliar, tumbuh 8,82% dibandingkan kuartal I 2013 yang senilai Rp 907 miliar. Pun ekspor GJTL di kuartal III-2013 naik lagi menjadi Rp 1,03 triliun.
Hanya saja, jika dibandingkan dengan tahun 2012, penjualan ekspor tersebut masih lebih rendah. Per September 2013, total penjualan ekspor ban GJTL senilai Rp 2,93 triliun alias turun 15,07% year on year (yoy). Akibatnya, pendapatan bersih GJTL ikut terkoreksi 2,91% yoy menjadi sekitar Rp 9,11 triliun.
Kontribusi pendapatan ekspor GJTL memang cenderung turun sejak 2011. Bayangkan, di kuartal pertama dan kedua tahun 2011, ekspor GJTL masih berkontribusi hingga 42,66% dari total pendapatan. Namun kini hanya sekitar 32,17% dari total pendapatan GJTL per September 2013.
Joko Sogie, analis Danareksa bilang, ekspor GJTL memang melemah sejak September 2011 karena penurunan permintaan, terutama dari Amerika Serikat dan Eropa. Ekspor dari dua wilayah itu sebelumnya pernah menyumbangkan di atas 30% terhadap total penjualan GJTL.
Joko optimistis, GJTL perlahan akan memperbaiki kinerjanya. "Ada tanda-tanda pemulihan ekspor ke Amerika dan Eropa. Ini tercermin pada pertumbuhan ekspor per kuartal sejak kuartal II dan III tahun ini," tulis Joko dalam risetnya 29 November 2013.
Marak penjualan mobil ramah lingkungan alias low cost green car (LCGC) juga membawa efek positif. "Perusahaan ini akan memasok sekitar 50% dari total ban yang dibutuhkan untuk permintaan LCGC," terang Joko.
Dengan membaiknya proyeksi ekonomi tahun 2014, Joko memprediksi, pendapatan GJTL tahun depan akan tumbu 10,25% menjadi
Rp 13,55 triliun, dari proyeksi pendapatan tahun 2013 senilai Rp 12,29 triliun. Adapun, laba bersih diprediksi naik pesat menjadi Rp 1,34 triliun pada tahun 2014, dibandingkan dengan prediksi laba bersih 2013 sebesar Rp 206 miliar.
Analis Phintraco Securities, Setiawan Effendi menambahkan, melemahnya harga karet akan memberi keuntungan bagi penurunan biaya produksi GJTL. Sejak awal tahun hingga kini, harga karet sudah turun 15%. "Secara tidak langsung, biaya produksi GJTL akan menurun, " tutur Setiawan. Di sisi lain, GJTL bisa memperoleh laba dari selisih kurs yang cukup besar dari pelemahan rupiah.
Setiawan merekomendasikan buy on weakness saham GJTL dengan target Rp 2.500-Rp 3.000 per saham. Rasio harga berbanding laba bersih per saham (PER) GJTL 2013 yang sebesar 23,67 kali memang lebih tinggi dari industrinya yang masih 19,03.
Joko merekomendasikan buy saham GJTL dengan target Rp 2.250 per saham. Sementara, Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities merekomendasikan hold saham GJTL dengan target harga Rp 1.920-Rp 1.950 per saham. Kemarin, harga GJTL naik 3,31% ke Rp 1.870.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News