kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspansi Strategis di Bisnis Non-Batubara Memoles Prospek Indika Energy (INDY)


Jumat, 07 Oktober 2022 / 06:00 WIB
Ekspansi Strategis di Bisnis Non-Batubara Memoles Prospek Indika Energy (INDY)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keseriusan menggeser bisnis ke segmen non-batubara memoles prospek kinerja PT Indika Energy Tbk. Emiten dengan kode saham INDY ini agresif menggelar diversifikasi ke bisnis mineral, energi terbarukan, hingga kendaraan listrik.

Pada akhir September lalu, INDY mengakuisisi PT Perkasa Investama Mineral senilai Rp 74,9 miliar melalui PT Indika Mineral Investindo. Langkah ini melebarkan sayap INDY ke bisnis pertambangan dan pengolahan bauksit.

Sebelumnya, INDY telah mengambil langkah untuk melepas kepemilikan di PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) dan mendivestasi PT Petrosea Tbk (PTRO). INDY pun mengejar target karbon netral pada tahun 2050 dan mengantongi porsi 50% pendapatan dari bisnis non-batubara pada 2025.

Baca Juga: Jangan Telat Masuk Ke Saham Ini, Cek Bocoran Emiten Akan Bayar Dividen Interim 2022

Research Analyst Reliance Sekuritas, Lukman Hakim memandang divestasi di tengah harga batubara yang meroket tinggi dapat meningkatkan nilai portofolio INDY. Target mengurangi porsi pendapatan dari batubara juga diterjemahkan dengan ekspansi ke segmen bauksit yang industrinya tak jauh berbeda.

"Sehingga INDY masih memiliki outlook yang positif. Terlebih ke depannya penerapan ESG (Environmental, Social and Governance) akan semakin meningkat," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (6/10).

Meski, proses transisi itu tidak bisa berjalan instan. Untuk tahun ini, INDY masih bisa menghirup angin segar dari lonjakan harga batubara. Lukman menaksir INDY bisa membukukan kinerja positif yang ditopang oleh bisnis batubara dari PT Kideco Jaya Agung.

Lukman bilang, sekalipun anak usaha INDY tersebut mengalami penurunan produksi batubara dibandingkan 2021, namun kinerjanya masih terdorong dengan lonjakan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP).

Baca Juga: Sejumlah Emiten Rambah Ekosistem Kendaraan Listrik, Begini Rekomendasi Sahamnya

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih punya pandangan serupa. Dengan gencarnya ekspansi yang sedang dijalankan, INDY berpotensi bisa mencapai target, mengantongi pendapatan dari non-batubara mencapai 50% pada tahun 2025.

Hingga semester pertama 2022, porsi batubara memang masih terlalu dominan. Sekitar 90% pendapatan INDY ditopang oleh penjualan batubara, yang penjualannya 85% bertumpu ke pasar ekspor.

"Bisnis batubara hingga akhir tahun 2022 masih menjadi sektor menarik di tengah tingginya harga akibat melesatnya permintaan baik domestik maupun global," kata Ratih.

Dia pun menyoroti sejumlah inisiatif INDY mengembangkan bisnis yang lebih berkelanjutan. Antara lain di bisnis logistik. INDY lewat Indika Logistic & Support Services (ILSS) tergabung dalam konsorsium operator di pelabuhan Patimban, Jawa Barat dengan kontrak 40 tahun hingga 2061.

Di sektor tambang mineral, INDY juga menggarap proyek emas Awak Mas di Sulawesi Selatan, yang diproyeksikan mulai beroperasi di tahun 2025. Lalu, INDY berekspansi ke segmen Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan rencana pemasangan panel mencapai 500 MW di tahun 2025. 

Baca Juga: Indika Energy (INDY) Jajaki Kerja Sama Terkait Kendaraan Listrik Dengan Foxconn

Momentum Kendaraan Listrik

Kemudian, INDY mempertegas langkahnya dalam transisi meninggalkan batubara dengan meluncurkan motor listrik Alva One (ALVA) besutan PT Ilectra Motor Group (IMG). Ini menjadi bentuk keseriusan INDY bergelut di industri kendaraan listrik alias Electric Vehicle (EV).

"Setiap segmen bisnis itu ke depan pastinya menyumbang pendapatan di sektor non batubara. Namun, untuk sisa tahun ini masih belum berkontribusi banyak, apalagi beberapa proyek dalam pengembangan dan belum beroperasi penuh," terang Ratih.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti melihat strategi diversifikasi dan ekspansi yang dijalankan INDY memang berorientasi jangka panjang. Namun, Desy menilai langkah itu diambil dalam momentum yang tepat.

Misalnya dalam peluncuran motor listrik ALVA di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS), belum lama ini. Momentumnya sejalan dengan langkah pemerintah yang gencar mempromosikan pengembangan ekosistem EV di Indonesia.

"Menunjukkan bahwa INDY mampu melihat peluang yang saat ini (ekosistem EV) tengah di dorong baik secara global maupun domestik," ujar Desy.

Baca Juga: Indika (INDY) Akuisisi Perusahaan Tambang dan Smelter Bauksit Senilai Rp 74,9 Miliar

Strategi INDY juga sejalan dengan dorongan pemerintah mengurangi gas emisi yang mengharuskan keterlibatan dari pelaku industri. Sehingga, perusahaan mesti melakukan adaptasi bisnis jika usahanya ingin berkelanjutan di masa mendatang.

Sementara untuk tahun ini, kinerja INDY masih akan membara oleh panasnya pasar batubara. Desy memproyeksikan pendapatan INDY bisa mencapai US$ 3,9 miliar, dengan meraih laba bersih senilai US$ 401,4 juta hingga akhir tahun 2022.

Sedangkan pada tahun depan, Desy memprediksi tingkat produksi batubara ada dalam tren penurunan. Namun, dari sisi permintaan masih akan baik, setidaknya hingga pertengahan tahun 2023.

"Harga rata-rata penjualan pun kami proyeksi masih akan mengalami kenaikan. Ini tentunya yang berpotensi mengangkat kinerja keuangan perusahaan," ujar Desy.

Baca Juga: Indika (INDY) Berkongsi dengan Foxconn Dirikan Usaha Patungan Mobil Listrik

Menimbang prospek tersebut, Desy memberikan rekomendasi buy saham INDY dengan target Rp 3.700 per saham. Senada, Ratih melihat saham INDY masih menarik dikoleksi dengan target harga di level Rp 3.520 per saham hingga menuju ke Rp 3.720 per saham.

Lukman juga menyematkan rekomendasi buy untuk INDY. Menurutnya, INDY masih memiliki valuasi yang lebih murah jika dibandingkan dengan saham batubara lainnya, dengan perhitungan price to earnings ratio (PER) 3,49x.

Lukman pun memperkirakan INDY masih memiliki potensi upside hingga 20% dengan target harga harga di area Rp 3.990 per saham.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×