Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
Adapun tahun ini, Ace Hardware menargetkan Pertumbuhan Penjualan Tiap Toko atau SSSG sekitar 7% untuk mencapai pertumbuhan penjualan sekitar 10%, dengan target pembukaan toko baru sekitar 15- 20 di tahun 2024.
“Kami menganggap target manajemen realistis di tengah kinerja yang kuat pada tahun 2023 dan melihat inisiatif berkelanjutan dalam pemasaran dan efisiensi yang memberikan ruang lebih besar bagi leverage operasi yang lebih tinggi di masa depan,” ungkap Natalia dalam riset 18 April 2024.
Untuk tahun 2024, BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan pertumbuhan pendapatan ACES sebesar 11% YoY yang akan didukung oleh 10 toko tambahan (15 termasuk Express) dan pertumbuhan 7% dalam pendapatan per meter persegi.
Dengan perkiraan top line yang solid tersebut, maka akan membuka jalan menuju peningkatan margin kotor sekitar 20 bps.
Sementara, lanjut Natalia, kombinasi dari efisiensi dalam operational expenditure (Opex) dan tarif pajak yang dinormalisasi, maka diperkirakan laba bersih bertumbuh sebesar 13.4% YoY menjadi Rp 866 miliar. Proyeksi itu seiring dengan ekspektasi penjualan per meter persegi lebih tinggi, margin kotor lebih tinggi dan leverage operasi lebih tinggi.
Christine menambahkan, manajemen ACES pun tetap mempertahankan pandangan optimis terhadap dinamika bisnis saat ini meski terjadi depresiasi nilai tukar rupiah. Untuk diketahui, impor produk ACES sekitar 80% dalam dolar Amerika Serikat (AS).
Selain itu, ACES saat ini menargetkan untuk mendapatkan kembali insentif pajak dari tingginya free float, berpotensi mengurangi tarif pajak saat ini sebesar 22%. Dengan penurunan pajak 3% maka ACES mengantisipasi penurunan tarif pajak perusahaan menjadi 19% pada tahun 2024.
Dengan berbagai sentimen tersebut, Christine mempertahankan rekomendasi beli untuk ACES dengan target harga sebesar Rp 1.100 per saham. Sedangkan, Natalia mempertahankan rekomendasi buy untuk ACES dengan target harga Rp 1.200 per saham.
Namun perlu diantisipasi risiko bagi ACES apabila ekspansi toko lebih tinggi dari perkiraan di luar Pulau Jawa yang menyebabkan penurunan leverage operasi, biaya sewa yang lebih tinggi, persaingan yang kuat di luar Jawa.
Selain itu, waspadai konsumen akan beralih ke belanja online karena daya tarik harga produk lebih banyak, tidak ada produk baru yang inovatif dari perusahaan, serta melemahnya daya beli masyarakat Indonesia yang mengarah pada downtrading ke alternatif produk yang lebih murah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News