Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski laba bersih tertekan di semester I 2023, prospek PT Indosat Tbk (ISAT) dinilai masih positif dan berpotensi mengejar pertumbuhan kinerja di sisa tahun 2023.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, salah satu pendorongnya dari upaya perseroan melakukan penetrasi pada pasar 5G. Sebagai pengingat, selain menggenjot pengembangan 4G, ISAT juga berfokus pada sektor Industry 4.0 termasuk B2B untuk implementasi jaringan 5G.
Nico mencermati, 5G menjadi salah satu produk yang akan diandalkan dalam penjualan. Pasalnya penjualan 5G juga didukung oleh penjualan gawai pintar yang rata-rata sudah berbasis kinerja 5G.
“Dengan semakin murahnya smartphone 5G, hal ini akan membuat penetrasi 5G kian semakin cepat yang harus didukung juga oleh operator untuk mengembangkan layanan 5G-nya,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (25/9).
Baca Juga: Rekomendasi Saham Erajaya (ERAA) Saat Kenaikan Penjualan Belum Mengangkat Laba
Lanjut Nico, ia juga melihat volume pengiriman ponsel 5G turut meningkat sebesar 38% pada kuartal I 2023 sehingga total penetrasi gawai pintar 5G berada di posisi 18% di Indonesia. Angka tersebut meningkat 7% dari kuartal I 2022 yang hanya berada di 11%.
“Oleh sebab itu, 5G diharapkan akan mendorong kinerja hingga akhir tahun. Selain itu meningkatnya pengguna data, program untuk digital education, dan efisiensi,” terangnya.
Analis Buana Capital Christopher Rusli melanjutkan, tren pertumbuhan ISAT dilihat juga dari pertumbuhan jumlah pelanggan dan rerata pendapatan per pengguna (ARPU). Diterangkan, ISAT mencatatkan sebanyak 100 juta pelanggan di semester I 2023, atau ada peningkatan 3,8 juta pelanggan secara tahunan (YoY).
Lalu ARPU juga meningkat dibandingkan semester I 2022 juga naik menjadi Rp 35.767. Adapun peningkatan ARPU sebagian didorong oleh dampak musiman yang positif dari periode perayaan Lebaran.
“Keputusan ISAT untuk menutup jaringan 3G secara penuh juga memainkan peran penting dalam kinerja yang mengesankan ini, sehingga memungkinkan perusahaan untuk secara efektif mengelola lonjakan penggunaan data yang diantisipasi selama musim Lebaran,” jelasnya.
Selain itu, Christopher menyebutkan bahwa saat ini ISAT sedang melakukan pembicaraan dengan beberapa perusahaan serat optik, menara dan perusahaan infrastruktur lainnya terkait integrasi FMC. Manajemen menargetkan untuk memiliki pangsa pasar dua digit dalam waktu 3-4 tahun.
“Dengan ISAT sebagai perusahaan telekomunikasi Indonesia terbesar ke-2 di Indonesia, mencari mitra untuk membantu integrasi seharusnya tidak terlalu sulit,” katanya.
Dari kinerja, Buana Capital memutuskan untuk meningkatkan pertumbuhan segmen pendapatan Komunikasi Data dan Internet (MIDI) dari 5,8% menjadi 7%. Hal ini karena ISAT berencana untuk terus memfokuskan inisiatifnya di sekitar fixed broadband dan Fixed Wireless Access (FWA) pada tahun 2023.
Baca Juga: BRI Danareksa Turunkan Perkiraan Kinerja Indosat (ISAT), Simak Alasannya
Secara menyeluruh, Christopher memproyeksikan pendapatan ISAT mencapai Rp 51,47 triliun atau naik dari tahun 2022 sebesar Rp 46,75 triliun dan laba bersih naik menjadi Rp 6,79 triliun dari tahun lalu sebesar Rp 5,37 triliun.
Adapun untuk EBITDA diproyeksikan naik menjadi Rp 22,65 triliun dari tahun 2022 sebesar Rp 19,77 triliun.
“Kami mempertahankan rekomendasi hold dengan target harga Rp 10.300,” sebutnya.
Adapun Nico merekomendasikan buy ISAT dengan target harga Rp 10.700. Per Senin (25/9), harga saham ISAT melemah 0,75% ke Rp 9.900 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News