Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan penjualan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) yang mencapai double digit belum mampu mendorong laba bersih di semester pertama 2023.
Sepanjang semester pertama 2023, ERAA membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 23,5% secara year on year (YoY) menjadi Rp 28,9 triliun dibandingkan dengan periode yang sama Rp 23,4 triliun. Tetapi, laba bersih ERAA tercatat turun 9,6% YoY menjadi Rp 458,7 miliar dari sebelumnya Rp 507,52 miliar.
Penurunan laba ini terutama karena beban bunga yang meningkat 148,2% YoY. Sehingga menyebabkan biaya keuangan naik 133% menjadi Rp 265,3 miliar.
Baca Juga: Erajaya Swasembada (ERAA) Resmikan Pusat Gaya Hidup Digital Pertama di Indonesia
Penjualan telepon seluler dan tablet melesat 26,39% menjadi Rp 23,37 triliun. Sementara penjualan produk operator meningkat 3,62% menjadi Rp 1,43 triliun. Penjualan aksesoris dan lain-lain melonjak 27,78% menjadi Rp 3,22 triliun. Tetapi, penjualan komputer dan peralatan elektronik lainnya turun 13,75% menjadi Rp 862,78 miliar.
Sejak awal tahun, ERAA telah membuka 323 gerai baru antara lain secara rinci 292 gerai Erajaya Digital, 23 gerai Erajaya Active Lifestyle, 5 gerai untuk Erajaya Food & Nourishment, serta Erajaya Beauty & Wellness sebanyak 3 gerai.
“Adapun tahun ini ERAA menargetkan membuka 400 gerai baru untuk wilayah Indonesia, Malaysia, dan Singapura,” kata Cindy Alicia, analis NH Korindo Sekuritas dalam riset, Kamis (21/9).
Baca Juga: Agung Sedayu dan Salim Group Resmikan Desain & Lifestyle Ekspo Terbesar di Indonesia
Selain itu, belanja modal yang sudah diserap ERAA yaitu sebesar Rp 472 miliar. Sementara, My Eraspace memiliki total member sebanyak 8,3 juta atau tumbuh 63% YoY dengan nilai transaksi rata-rata sebanyak 6,4 juta.
NH Korindo memperkirakan, ERAA bisa meraup pendapatan Rp 56,27 triliun dengan laba Rp 1,02 triliun pada tahun ini. Prediksi pendapatan dan laba ERAA ini masing-masing naik 13,7% dan 0,03% secara tahunan.
Cindy merekomendasikan buy pada saham ERAA dengan target harga Rp 600 per saham. Adapun, risiko utama rekomendasinya adalah, menurunnya daya beli konsumen, rendahnya antusiasme pada peluncuran produk baru, adanya perubahan kebiasaan belanja konsumen, dan depresiasi mata uang rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News