Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak lima tahun ke belakang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh 26%. Meski demikian, secara year-to-date (ytd), IHSG telah terkoreksi 0,41%. Asing pun terus meninggalkan pasar modal tanah air.
Terbukti, sejak lima tahun ke belakang, asing melakukan jual bersih (net sell) sebesar Rp 43,58 triliun. Pada perdagangan hari ini pun net sell asing masih tercatat sebesar Rp 68,91 miliar. Sejumlah sentimen dinilai menghambat kinerja indeks selama masa kepemimpinan Presiden Jokowi.
Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi mengatakan salah satu sentimen yang paling mempengaruhi pergerakan indeks adalah pertumbuhan pendapatan perusahaan yang tercatat di BEI.
Baca Juga: Menutup September, IHSG Hari Ini Melemah 0,45% ke 6.169,10
Lucky menilai pertumbuhan perusahaan saat tidak lepas dari perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi. “Sayangnya, belakangan pertumbuhan pendapatan perusahaan melambat karena pertumbuhan ekonomi yang melambat,” ujar Lucky saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (30/9).
Memang, pertumbuhan ekonomi nasional terkesan stagnan dan jalan di tempat. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 sebesar 4,79%, dan merupakan pertumbuhan ekonomi terendah enam tahun terakhir.
Setahun berselang, pertumbuhan ekonomi nasional naik tipis di kisaran 5,02%. Tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih naik tipis menjadi 5,07%.
Untuk diketahui, angka pertumbuhan ekonomi ini merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup luamyan meskipun masih mandeg di kisaran 5%. Pada 2018, perekonomian Indonesia tahun 2018 tumbuh 5,17% atau tertinggi sejak 2014.
Baca Juga: Terkoreksi hari ini, bagaimana proyeksi IHSG Selasa besok?
Sementara pada kuartal kedua 2019, ekonomi Indonesia dilaporkan hanya tumbuh 5,05%. Setali tiga uang, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga sepakat jika perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu faktor pemberat pergerakan IHSG.
“Perlambatan pertumbuhan ekonomi jelas akan menjadi katalis negatif, “ jelas Herditya kepada Kontan.co.id, Senin (30/9).
Selain ekonomi yang tumbuh melambat, ada pula faktor lain seperti momentum Pemilihan Umum (Pemilu) dan perang dagang antara dua ekonomi raksasa dunia; China dan Amerika Serikat.
Untuk masalah aksi jual bersih asing (net sell), Herditya bilang kemungkinan besar diakibatkan karena iklim investasi dalam negeri yang belum menarik investor. Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi global yang ikut melambat juga menjadi penyebab asing kabur dari pasar modal tanah air.
Baca Juga: Investor cermati aksi demo, rupiah kembali melemah di awal pekan ini
“Ditambah dengan pemotongan pertumbuhan ekonomi global dan beberapa negara,” lanjut Herditya.
Kemungkinan lainnya adalah investor lebih memilih instrumen investasi selain saham. Herditya pun memprediksi IHSG bakal bertengger di level 6334 hingga akhir 2019. Pada penutupan perdagangan hari ini, IHSG keok di level 6169.102.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News