Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perlambatan pertumbuhan ekonomi serta tekanan nilai tukar selama sembilan bulan pertama telah menyebabkan kinerja sejumlah emiten meradang. Tak hanya emiten kecil, grup konglomerasi juga tampak tak begitu kuat menghadapi tantangan tersebut. Ini terbukti dari kenerja kuartal III sejumlah emiten konglomerasi mendapat rapor merah.
Grup Astra misalnya, kinerja PT Astra Internasional Tbk (ASII) terbilang mengecewakan. Laba bersih ASII merosot 17% secara year on year (yoy) menjadi Rp 11,99 triliun. Padahal pada kuartal III 2014, perseroan masih mencatat pertumbuhan sebesar 7,6% yoy.
Hampir seluruh lini bisnis ASII mengalami perlambatan kecuali bisnis alat berat dan pertambangan. Sektor otomotif yang menjadi jantung bisnis perseroan tertekan tajam karena lemahnya permintaan di tengah perlambatan ekonomi dan persaingan yang ketat di pasar mobil.
Bisnis komponen otomotif tertekan karena tekanan kurs, bisnis perkebunan tertekan akibat pelemahan harga komoditas, bisnis keuangan tertekan kualitas kredit korporasi.
Grup Ciputra yang fokus di bisnis properti masih mencatat pertumbuhan. Laba bersih PT Ciputra development Tbk (CTRA) masih tumbuh 6% yoy menjadi Rp 935,1 miliar. Namun, pertumbuhannya jauh lebih lambat dibanding kuartal III 2013 yang tercatat tumbuh 25,5% yoy. Lambatnya pertumbuhan ini terjadi membengkaknya beban yang yang harus ditanggung mulai dari beban pokok penjualan dan beban usaha.
Sedangkan pendapatan CTRA masih tumbuh 25,6% yoy menjadi Rp 5,3 triliun. Seluruh segmen bisnis masih tercatat tumbuh kecuali penjualan sektor perkantoran yang melambat 37%. Penjualan rumah tinggal dan ruko grup Ciputra naik 5,6% yoy, penjualan apartemen meningkat tajam dari Rp 347,3 miliar menjadi Rp 1,2 triliun, penjualan kavling naik 5% yoy. Sementara recurring income juga tumbuh 31% menjadi Rp 1 triliun.
Sementara kinerja beberapa emiten grup lippo masih tercatat positif. Beberapa emiten yang telah merilis laporan keuangan kuartal III masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih yakni lini bisnis rumah sakit, properti, dan pariwisata. Hanya sektor perkebunan saja yakni PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) yang mencetak penurunan laba bersih 10,25% yoy.
David Nathanel, analis First Asia Capital mengatakan perlambatan ekonomi dan tekanan nilai tukar rupiah akan menekan kinerja seluruh sektor dikuartal III tak terkecuali grup konglomerasi. Hanya saja, dia melihat perlambatan yang dialami beberapa grup berada di bawah dibawah ekspektasi.
Semula David memperkirakan perlambahan grup Astra hanya single digit. Namun, ternyata ASSI mencetak penurunan laba bersih hingga 17%. Menurutnya, penurunan di luar ekspetasi ini terjadi karena kinerja anak usahanya di sektor Perkebunan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). "Kalau dari otomotif sudah kita perkirakan perlambatan hanya dibawah 10%." katanya pada KONTAN, Minggu (1/11).
Sementara pertumbuhan grup Ciputra menurutnya lebih lambta karena perlambatan penjualan sektor properti. Sementara David melihat kinerja grup Lippo akan lebih baik dibanding grup lainnya karena memiliki diversifikasi bisni yang cukup beragam. Dia melihat, ada beberapa bisnis perseroan yang tidak terpengaruh perlambatan ekonomi seperti rumah sakit dan bisnis recurring bisnis.
David memperkirakan hingga akhir tahun kinerja grup konglomerasi ini tidak akan jauh berubah. Sebab prediksinya, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV tidak akan banyak mengalami perbaikan.
Hanya menurutnya, besar kecilnya perlambatan kinerja mereka akan sangat tergantung pada bagaimana masing-masing mengelola keuangan hingga akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News