Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Rekomendasi beli juga disematkan untuk saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan target harga Rp 8.500 dan saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan target harga Rp 3.500.
Hasan juga menyematkan rekomendasi beli saham PT Saratoga Investama Tbk (SRTG) dengan target harga Rp 4.300. Sebagai catatan, SRTG memiliki portofolio di MDKA, yakni dengan kepemilikan sebesar 18,34%.
Sementara untuk PT Timah Tbk (TINS), Hasan merekomendasikan hold dengan target harga Rp 1.500.
Di sisi lain, Juan menurunkan rating pada sektor pertambangan logam Indonesia menjadi netral. Penyematan rating ini didorong oleh sejumlah faktor.
Pertama, faktor ketidakpastian makro ekonomi global. Kedua, perkembangan yang solid pada output pabrik pengolahan (smelter) nikel Indonesia.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Lima Saham Pilihan Bahana Sekuritas untuk Senin (12/12)
Meskipun ekspektasi permintaan nikel akan solid dari kendaraan listrik alias electric vehicle (EV) dalam jangka panjang, Juan meyakini pengembangan EV masih dalam tahap awal. Dia melihat permintaan nikel terutama masih akan didorong dari industri baja anti karat (stainless steel) dalam jangka pendek.
Dia memilih saham ANTM sebagai pilihan utama (top picks) dengan pertimbangan pendapatan yang terdiversifikasi dari logam lain. ANTM juga memiliki potensi tambahan pendapatan dari proyek smelter Halmahera dan lebih banyak memiliki eksposur ke proyek Indonesia Battery Corporation (IBC).Dia merekomendasikan trading buy saham ANTM dengan target harga Rp 2.300.
Sementara itu, Juan menyematkan rekomendasi hold saham INCO dengan target harga Rp 7.500. Rekomendasi ini turun dari rekomendasi yang disematkan sebelumnya, yakni trading Buy. Penurunan rating ini dikarenakan Juan melihat potensi upside saham INCO yang terbatas terhadap target harga.
Baca Juga: Jadwal Pembayaran Dividen Interim Saham BYAN, HRUM, TBLA, Mana yang Bagus Dikoleksi?
Andreas mempertahankan rekomendasi beli saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dengan target harga Rp 282.
Andreas menilai, BRMS layak mendapatkan valuasi premium mengingat prospek kenaikan harga emas, ekspansi kapasitas produksi yang masif, serta produk mineral BRMS yang sangat terdiversifikasi.
Di saat produksi emas ANTM dan MDKA diperkirakan cenderung stagnan, produksi emas BRMS diperkirakan tumbuh dengan compounded annual growth rate (CAGR) tiga tahunan sebesar 135% sampai 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News