kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.016.000   36.000   1,82%
  • USD/IDR 16.864   -54,00   -0,32%
  • IDX 6.503   57,52   0,89%
  • KOMPAS100 935   8,14   0,88%
  • LQ45 727   5,57   0,77%
  • ISSI 208   1,50   0,73%
  • IDX30 377   1,54   0,41%
  • IDXHIDIV20 455   2,05   0,45%
  • IDX80 106   0,88   0,84%
  • IDXV30 112   0,91   0,82%
  • IDXQ30 123   0,27   0,22%

Ekonomi bergejolak, simpan dana di emas & bank


Rabu, 26 Agustus 2015 / 22:00 WIB
Ekonomi bergejolak, simpan dana di emas & bank


Reporter: Namira Daufina | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Ditengah gejolak yang terjadi di bursa saham dan pelemahan rupiah yang kian tajam, investor harus berhati-hati dalam menentukan langkahnya.

Pemilihan instrumen investasi sebaiknya mempertimbangkan risiko yang siap ditanggung dan tujuan awal dari investasi yang dilakukan.

Di pasar spot, Rabu (26/8) posisi rupiah terhadap USD menukik tajam 0,56% ke level Rp 14.133 dibanding hari sebelumnya.

Serupa, di kurs tengah Bank Indonesia pun rupiah ikut melemah 0,24% di level Rp 14.102. Ini menyeret rupiah ke level terendahnya sejak 1998 silam.

Sedikit lebih baik indeks harga saham gabungan (IHSG) Indonesia kembali mendapatkan kekuatannya setelah rebound di 0,22% kembali ke level 4.237,73.

Namun, itu pun tidak lantas positif bagi bursa saham karena level tersebut masih berada di kisaran terendahnya sejak Februari 2014 lalu.

Mengantisipasi goyahnya perekonomian saat ini, Prita Ghozie, Chief Financial Planner ZAP Finance menyarankan investor untuk mengalihkan aset investasinya ke portofolio seperti logam mulia dan instrumen pasar uang.

Sebabnya, ini menjadi aset dengan risiko yang paling minim.

“Untuk instrumen pasar uang bisa deposito dan reksadana pasar uang,” tambah Prita.

Seperti yang diketahui, aset sejenis ini memiliki likuiditas yang tinggi serta memiliki waktu pencairan yang lebih fleksibel.

Begitu pun, Prita masih memberi ruang bagi instrumen saham. “Tetap bisa ditempatkan di saham sekitar 30%,” papar Prita.

Baru sisa 70% dibagi merata pada instrumen pasar uang dan emas.

Selain itu Prita juga menjelaskan, jika potensi kerugian masih di bawah 10% bisa diambil lalu ditempatkan di pasar uang.

Namun sudah lebih dari 10% dan tidak dibutuhkan dananya dalam waktu 3 tahun atau kurang, lebih baik ambil posisi hold.

“Untuk investor yang agresif, momen seperti bisa ini bisa dijadikan momentum beli saham atau reksadana berbasis saham dengan catatan kinerjanya baik secara bertahap dari sisa penghasilan,” terang Prita.- NAMIRA DAUFINA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×