kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ekonom: Jangan 'ovderdosis' atasi pelemahan rupiah


Senin, 02 Desember 2013 / 18:10 WIB
Ekonom: Jangan 'ovderdosis' atasi pelemahan rupiah
ILUSTRASI. Ambeien.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan. Bahkan, pekan lalu rupiah di pasar spot sempat diperdagangkan Rp 12.000 per dolar AS, yang merupakan nilai tukar terendah sejak Maret 2009.

A. Prasetyantoko, ekonom dari Forum Ekonom Indonesia bilang, untuk mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah itu tak bisa dilakukan dari kebijakan moneter yang overdosis atau dengan cara menaikkan BI rate secara terus menerus.

Menurutnya, pemerintah beserta kementerian terkait seharusnya mampu mengeluarkan kebijakan yang bisa mendorong pertumbuhan di sektor riil.

Menurut Prasetyantoko, sejauh ini obat pelemahan nilai rupiah hanya satu arah, yaitu berasal dari bank sentral Indonesia. Kebijakan yang ditempuh adalah menaikkan suku bunga acuan atau BI rate. Namun, kenaikan BI Rate bisa dilakukan terus menerus akan berdampak struktural.

"Dulu kenaikan BI rate diperkirakan bisa menekan rupiah. Tapi, sekarang tidak seperti itu. Perlu ada kebijakan lain selain cuma dari kebijakan moneter atau menaikkan BI rate," kata Prasetyantoko di Jakarta, Senin (2/12).

Ekonom dari Universitas Atmajaya ini bilang, bila rupiah pelemahan rupiah dibiarkan, maka masalahnya akan bertambah parah. Menurutnya, diperlukan kebijakan yang lebih meluas dan tidak hanya satu lembaga saja yang menyelesaikannya.

Karena itu, pemerintah perlu segera menyelesaikan persoalan yang dampaknya terhadap melemahnya nilai tukar rupiah saat ini. Menurut Prasetyantoko, cara yang dapat ditempuh, sebisa mungkin adalah mencari solusi melemahnya ekspor dan menekan laju impor.

"Persoalan ekspor-impor jangan hanya diselesaikan dengan menitikberatkan pada Kementerian Keuangan (Kemenkeu) semata. Jangan hanya kemenkeu untuk menyelesaikan persoalan yang struktural itu," ujar Prasetyantoko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×