Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) mengubah strategi untuk menghadapi persaingan bisnis transportasi yang makin ketat. Salah satunya, Lorena mulai menjual tiket secara online.
LRNA memperkuat digital marketing dan penjualan melalui Traveloka, AlfaMart, serta Indomaret. Penumpang dapat membayar tiket yang dipesan oleh calon penumpang melalui situs Perseroan www.lorena-transport.com untuk memudahkan pembelian.
Ini adalah strategi LRNA untuk mendongkrak kinerja perusahaan yang lesu pada dua tahun terakhir. Direktur Pelaksana LRNA, Rianta Soerbakti mengatakan cakupan wilayah pemasaran LRNA tidak terbatas hanya di wilayah Indonesia saja, bahkan hingga ke luar negeri. “Sehingga para pelancong asing bisa merancang rencana perjalanannya selama di Indonesia,” katanya dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Senin (25/6).
Selain memperkuat digital marketing, LRNA terus mengevaluasi dan mengalihkan rute-rute yang masih dianggap memiliki potensi, perusahaan memperkuat rute jarak pendek termasuk Trans Jabodetabek premium. Selanjutnya, Lorena juga berupaya menyehatkan aliran kas.
Pemegang saham membayar piutang afiliasi kepada Lorena senilai hampir Rp 50 miliar. Lorena menggunakan sebagian dari dana ini untuk menutup kredit modal kerja dan kredit investasi senilai sekitar Rp 20 miliar.
LRNA menggunakan sisa dana itu untuk membeli unit-unit bus Mercedes Benz OC 2542 Double Deckers yang mulai beroperasi di awal semester dua tahun 2017. Pengoperasian bus-bus Double Deckers itu merupakan bagian dari strategi Lorena untuk menciptakan product differentiation dari layanan yang diberikan kepada pelanggan.
LRNA menjalankan strategi ini untuk membalikkan posisi kinerja keuangan yang jeblok. Tahun lalu, Lorena mencatat kerugian Rp 38,46 miliar. Rianta mengatakan, pendapatan LRNA turun di semua segmen usaha.
Penurunan ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, pendapatan usaha Lorena segmen usaha antar kota antar provinsi (AKAP) turun sebesar 15,81% dari Rp 107,38 miliar pada 2016, menjadi Rp 90,40 miliar pada tahun 2017.
Kedua, pendapatan dari segmen usaha Busway Transjakarta turun sebesar 14,4% dari Rp 14,88 miliar tahun 2016, menjadi Rp 12,73 miliar tahun 2017. “Kami yakin dengan perubahan strategi bisnis, model bisnis, dan penyehatan cashflow selama dua tahun terakhir, kinerja 2018 akan lebih baik dan lebih sehat,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News