Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) melaporkan penurunan pendapatan dan laba bersih sepanjang 2020. Emiten semen ini membukukan pendapatan bersih senilai Rp 14,18 triliun, turun 11% dari realisasi pendapatan di tahun 2019 yang mencapai Rp 15,94 triliun.
Namun, penurunan laba bersih INTP tidak sedalam penurunan pendapatannya. Tahun lalu, INTP mencatat laba bersih senilai Rp 1,80 triliun. Realisasi ini menurun tipis 1,5% dari laba bersih tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,83 triliun.
Minimnya penurunan laba bersih INTP disebabkan oleh keberhasilan INTP dalam menekan sejumlah beban sepanjang tahun lalu. Beban pokok pendapatan misalnya, tercatat sebesar Rp 9,07 triliun, menurun 13,1% dari periode 2019 yang mencapai Rp10,44 triliun.
Direktur Indocement Tunggal Prakarsa David Jonathan Clarke menyebut, penurunan beban pokok disebabkan terutama karena volume penjualan yang lebih rendah.
Mengutip data Perseroan, tahun lalu INTP membukukan penurunan volume penjualan sebesar 9,7% menjadi 17,10 juta ton.
Baca Juga: Laba bersih di atas ekspektasi, simak rekomendasi saham Indocement (INTP)
David melanjutkan, INTP juga menncatat penurunan biaya bahan bakar dan listrik per ton sebesar 10,9% tahun lalu. Kata dia, penurunan ini akibat harga batubara yang lebih rendah dibandingkan tahun 2019.
“Kami juga melakukan peningkatan penggunaan batubara kalori rendah (low calorific value/LCV) serta peningkatan penggunaan bahan bakar alternative,” terang Clarke dalam paparan publik yang digelar secara virtual, Jumat (19/3).
Secara rinci, terjadi peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif dari sebesar 7,4% di 2019 menjadi sebesar 9,35% pada 2020. Selain itu, penggunaan batubara dengan nilai kalori rendah juga naik, dari 69% pada tahun 2019 menjadi sebesar 80% di tahun 2020.
Beban penjualan Indocement juga tercatat menurun 12,1%, dari sebelumnya Rp 2,79 triliun menjadi Rp 2,45 triliun. Beban umum dan administrasi juga menurun 1,5% menjadi Rp 702,10 miliar.
Turunnya kedua biaya ini, selain dilatarbelakangi oleh turunnya penjualan, juga akibat adanya penghematan dari lebih banyaknya penggunaan rapat secara online, serta penggunaan platform digital untuk aktivitas penjualan. Hal ini berdampak pada pengurangan biaya perjalanan bisnis.
Adapun untuk menghadapi kenaikan harga batubara saat ini yang menjadi komponen biaya bahan bakar, INTP akan meningkatkan penggunaan energi alternatif yang tahun ini ditargetkan menyentuh porsi 13%.
Selain itu, INTP juga mengejar pengerjaan proyek fasilitas pengolahan limbah menjadi bahan bakar atau Refuse-Derived Fuel (RDF) yang terletak di Desa Nambo.
“Sampah masyarakat yang selama ini menjadi masalah, bisa diolah menjadi RDF dan bisa ditransfer untuk menjadi bahan bakar. Ini akan menjadi win-win solution,” terang Direktur Utama Indocement, Christian Kartawijaya.
Selanjutnya: Turun tipis, Indocement (INTP) bukukan laba bersih Rp 1,80 triliun di 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News