Reporter: Yoliawan H | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) baru saja melakukan divestasi salah satu anak usaha mereka yang bergerak di lini bisnis perkebunan. Ini merupakan salah satu strategi perusahaan untuk lebih fokus pada bisnis petrokimia dan energi.
Dari aksi korporasi yang dilakukan ini, BRPT mengantongi dana segar sekitar US$ 67,9 juta yang rencananya akan digunakan sebagai tambahan modal kerja perusahaan.
Menanggapi kondisi tersebut, Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji mengatakan ini langkah positif bagi perusahaan untuk lebih efisen dan efektif dengan melakukan divestasi salah satu lini bisnis yang dinilai tidak optimal.
“Jika BRPT lebih fokus ke satu lini bisnis akan jadi sentimen positif. Diprediksi akan bergerak di zona hijau. Namun harus ada yang di perhatikan pada tahun 2019 seperti kenaikan harga minyak dan pergerakan rupiah,” ujar Nafan kepada Kontan, Jumat (16/11).
Untuk diketahui, BRPT termasuk emiten yang sensitif terhadap nilai tukar rupiah dan harga minyak karena memang bahan baku petrokimia sangat dipengaruhi oleh dua faktor tersebut. Menurutnya, harga minyak diproyeksikan akan kembali rebound.
Sekadar informasi, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2018 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 56,49 per barel, naik tipis dari US$ 56,46 per barel. Untuk pergerakan rupiah pun di tahun 2019 diprediksi masih akan fluktuatif di di level Rp 14.178 support dan resistance Rp 15.127 per dollar Amerika Serikat.
Lebih lanjut Nafan masih merekomendasikan BRPT untuk masuk secara bertahap dengan target harga jangka menengah sebesar Rp 2.260 per saham.
Adapun pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (16/11), BRPT ditutup menguat 2,39% ke level Rp 1.930 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
