Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) bertenor panjang masih berpotensi meningkat signifikan beberapa waktu ke depan. Syaratnya, kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat tidak berdampak negatif bagi pasar obligasi dalam negeri.
Menurut data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, volume perdagangan SUN tenor panjang (di atas 7 tahun) tumbuh 9,5% dari Rp 290,72 triliun pada April menjadi Rp 318,48 triliun pada Mei.
Angka ini masih kalah ketimbang volume perdagangan SUN tenor pendek (di bawah 5 tahun) pada bulan Mei yang mencapai Rp 458,23 triliun atau melonjak 168,6% bila dibandingkan bulan sebelumnya.
Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, ada kemungkinan pasar obligasi bisa kembali stabil pasca agenda Federal Open Market Committee berlangsung pada 13 Juni nanti waktu setempat. Sebab, para pelaku pasar sudah memperkirakan The Federal Reserves akan benar-benar menaikkan suku bunga acuan AS.
Menurutnya, jika momen kenaikan tersebut tidak diikuti oleh pernyataan hawkish dari The Fed soal kebijakan moneter AS di masa mendatang, kondisi pasar obligasi Indonesia relatif lebih netral. Volume perdagangan SUN bertenor panjang pun dapat kembali meningkat signifikan.
Sementara itu, Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra berpendapat, para investor cenderung memilih untuk menunggu efek kenaikan suku bunga acuan AS terhadap rupiah dahulu.
Jika rupiah kembali mengalami tren pelemahan pasca kenaikan suku bunga acuan AS, besar kemungkinan pasar obligasi Indonesia ikut terkoreksi. Investor pun lagi-lagi lebih memilih memarkir dananya di SUN bertenor pendek.
Sebaliknya, investor bakal kembali berani berinvestasi pada SUN bertenor panjang jika rupiah menguat setelah kenaikan suku bunga acuan AS. “Jadi perlu dilihat terlebih dulu seperti apa arah rupiah setelah kenaikan Fed Fund Rate,” imbuhnya, Jumat (8/6) lalu.
Terlepas dari itu, Desmon melihat SUN bertenor panjang masih cukup menarik bagi investor kendati pasar obligasi Indonesia masih rentan terhadap koreksi. Sebab, investor dapat memiliki instrumen tersebut dengan harga yang murah. “Koreksi pasar jadi kesempatan bagi investor untuk berinvestasi pada SUN bertenor panjang yang menawarkan return tinggi,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News