Reporter: Sandy B., Dyah AK, Adisti DI, Raka MW |
JAKARTA. Efek domino bencana gempa dan tsunami Jepang, yang merupakan salah satu kekuatan ekonomi dunia, berpotensi menjalar ke pasar modal Indonesia. Tapi, para analis yakin dampak tersebut hanya berlangsung sesaat.
Para analis melihat, saham-saham emiten yang sensitif dengan isu Jepang bakal tertekan dalam jangka pendek. Sinyal itu sudah terekam sejak akhir pekan lalu. Beberapa jam setelah tsunami menyapu Jepang, Jumat (11/3) lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melorot 1,27% menuju 3.542,23.
Kondisi serupa juga melanda pasar saham utama di kawasan Asia, seperti indeks Nikkei, Shanghai, Hang Seng, Kospi dan Straits Times.
Di Bursa Efek Indonesia, harga saham emiten yang tergantung dengan perekonomian Jepang, langsung rontok.
Harga saham PT Astra International Tbk (ASII) terpangkas 3,37%, dan saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) anjlok 4%. Harga saham emiten alat berat, seperti PT United Tractors Tbk (UNTR) susut 2,9% dan PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) turun 2,14%.
Sejumlah analis menegaskan, dampak tsunami Jepang hanya berlangsung sementara. Menurut Kepala Riset Mandiri Sekuritas Ari Pitoyo, belum pernah ada dalam sejarah, bencana alam yang melanda suatu negara bisa menjatuhkan harga saham di negara lain secara signifikan.
"Contohnya tsunami Aceh, malah berdampak baik bagi ekonomi Indonesia," ucap Nico Omer Jonkheere, Analis Valbury Asia. Sebab, proyek infrastruktur jadi bergulir.
Ekonomi tumbuh
Begitu pula dengan gempa di Kobe Jepang pada 1995 yang menelan 6.400 korban jiwa, bukan berarti kiamat bagi Jepang. Takuji Okubo, Kepala Ekonom Societe Generale Jepang, mencatat, ekonomi Jepang tumbuh 1,9% di 1995 dan 2,6% pada 1996.
Di sisi lain, bencana di Jepang justru berpeluang mendongkrak harga komoditas. Permintaan batubara bisa meningkat karena reaktor nuklir di Negeri Samurai itu tidak berfungsi. "Harga minyak juga akan semakin tinggi karena beberapa kilang di Jepang hancur," ungkap Ari.
Pelaku pasar justru lebih mencermati krisis politik di Timur Tengah dan pemulihan ekonomi Eropa. Apalagi, lembaga pemeringkat internasional memangkas lagi rating utang negara Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News