Reporter: Barratut Taqiyyah, Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pergerakan saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menarik untuk dicermati. Mengawali tahun 2012, saham PGAS bergerak positif hingga bertengger di posisi tertingginya tahun ini di level Rp 3.975 yang tercipta pada 15 Mei lalu. Itu artinya, saham PGAS sudah melonjak 22,64% sejak awal tahun (2/1) yang saat itu berada di posisi Rp 3.075.
Namun, sejak pertengahan Mei tersebut, pergerakan saham perusahaan pelat merah ini terus tergerus. Salah satu penyebabnya adalah kondisi perekonomian global yang tidak stabil sehingga menyebabkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut melorot.
Meski demikian, ada faktor lain yang juga turut mempengaruhi pergerakan saham ini. Yaitu, menyangkut kisruh kenaikan harga gas industri yang mencapai 55%. Sekadar informasi, PGAS sudah menaikkan harga gas bagi industri Jawa Barat dari US$ 6,7 per mmbtu menjadi US$ 10,1 per mmbtu sejak 15 Mei 2012.
Namun, belakangan, sejumlah pelaku industri merasa keberatan dengan hal tersebut karena dinilai terlampau mahal. Hingga pada akhirnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik berjanji akan meninjau angka kenaikan harga gas itu.
Menurut Commercial Director and Chief Operating Officer PGAS Jobi Triananda, akibat masalah kenaikan harga ini, nilai kapitalisasi pasar saham PGAS di bursa anjlok Rp 12 triliun sejak Mei 2012.
Jobi sepertinya tidak asal bicara. Berdasarkan data yang dihimpun KONTAN, nilai kapitalisasi pasar PGAS pada 15 Mei lalu mencapai Rp 96,359 triliun. Pada pukul 14.27 hari ini (25/6), nilai kapitalisasi PGAS hanya sebesar Rp 83,633 triliun. Dengan demikian, dalam kurun waktu sebulan lebih sedikit, nilai kapitalisasi PGAS sudah anjlok Rp 12,726 triliun.
Menurut sejumlah analis yang diwawancarai KONTAN, penurunan nilai kapitalisasi pasar PGAS yang terbilang besar memang dipengaruhi oleh kecemasan investor mengenai isu kenaikan harga gas bagi pelaku industri. Di sisi lain, kondisi pasar saham global juga tidak kondusif sehingga turut mempengaruhi pergerakan saham tanah air.
Suluh Adil Wicaksono, Analis Askap Futures, memprediksi, bila nantinya harga yang diputuskan pemerintah di bawah ekspektasi pasar, saham PGAS bisa terus melorot lebih dalam. "Berpotensi menyentuh level Rp 3.475," jelasnya.
Analis Indosurya Asset Management Reza Priyambada juga berpendapat sama. Dia menilai, saat ini pelaku pasar berharap keputusan mengenai kenaikan harga gas industri bisa segera diselesaikan. Reza menambahkan, bila keputusan pemerintah di bawah ekspektasi pasar, maka sangat mungkin harga saham PGAS akan turun di kisaran 3.350-3.400. Jika hal itu terjadi, nilai kapitalisasi pasar PGAS akan turun lebih dalam lagi.
Kendati begitu, "Secara teknikal, saham PGAS bisa lanjut naik ke level 3.750-3.800," jelas Reza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News