Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
AKARTA. Jika sedikit menengok ke belakang, awal tahun ini perhelatan initial public offering (IPO) diramaikan oleh emiten yang datang dari sektor keuangan. Beberapa diantaranya adalah, PT Bank Panin Syariah Tbk (PNBS) dan PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA). Lantas, bagaimana pergerakan dua saham emiten perbankan tersebut?
Saham PNBS saat listing beberapa waktu lalu cenderung stagnan, ada di level Rp 100 baik untuk harga penetapan pasca bookbuilding maupun saat pembukaan perdagangan perdananya. Saham BINA sedikit lebih beruntung, naik 20 poin ke level Rp 260 per saham saat listing.
Namun, hingga hari ini, (17/2), pergerakan kedua saham tersebut tidak bergerak jauh, masih cenderung stagnan hingga penutupan sore tadi. Saham BINA ditutup pada level Rp 265 per saham. Sementara, saham PNBS ditutup pada level Rp 101 per saham.
"Faktor fundamental membuat investor malas bermain di dua saham ini," tandas Supriyadi, analis perbankan dari OSO Securities kepada KONTAN.
Saham BINA misalnya. Saat ini, nilai buku saham tersebut terbilang sangat mahal. Ketika nilai buku saham perbankan dengan kelas yang setara ada di level 1,9 kali hingga 2 kali, maka nilai buku saham ini justru sebanyak 3,4 kali.
Return of equity (ROE) kedua saham ini juga kurang menarik. ROE PNBS dan BINA masing-masing 6,49 kali dan 1,49 kali. Padahal, ROE industrinya diatas 15 kali.
"Jadi, fundamental itu dan khususnya free float PNBS yang hanya 2,6% membuat sahamnya tak bergerak lincah meski saat ini sedang banyak sentimen positif di sektor keuangan," pungkas Supriyadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News