Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dikabarkan tengah gencar berekspansi. Rumor yang berkembang, emiten ini menambah investasinya pada tahun ini untuk proyek power plant yang tadinya sebesar US$ 200 juta menjadi US$ 300 juta.
Hermawan Tarjono, Direktur DSSA mengakui adanya tambahan investasi tersebut. "Tapi, itu tidak akan dilakukan mulai tahun ini," imbuhnya kepada KONTAN, (5/3).
DSSA tengah mengerjakan proyek power plant di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Pembangkit listrik ini memiliki kapasitas 2x150 MW dan manajemen menyiapkan belanja modal atau capex US$ 200 juta untuk pengerjaan proyek ini.
Lalu, DSSA juga tengah mengikuti pra-kualifikasi untuk tender proyek power plant yang diprakarsai oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan estimasi nilai proyeknya sekitar US$ 100 juta. Nah, besaran inilah yang menjadi angka tambahan untuk investasi atas proyek power plant DSSA.
Tapi, tambahan angka tersebut dipastikan tidak akan terealisasi tahun ini, melainkan sekitar awal tahun 2016. Jangka waktu ini menggunakan asumsi waktu yang dibutuhkan untuk menjalani proses tender power plant Kendari.
Hermawan bilang, proses pra-kualifikasi power plant Kendari tersebut bakal selesai pada April tahun ini. Setelah pra-kualifikasi selesai, barulah proses tender dieksekusi. Setidaknya, proses ini membutuhkan hingga akhir tahun 2014.
Jika DSSA lolos tender, maka PLN memberikan jangka waktu setidaknya setahun bagi DSSA untuk mencari pinjaman sebagai sumber pendanaan proyek. Sebenarnya, DSSA masih memiliki fasilitas pinjaman dari China Development Bank (CDB).
Fasilitas tersebut senilai US$ 318 juta. Dari nilai itu, DSSA baru menarik fasilitas tersebut sekitar US$ 80 juta. Tapi, sisa fasilitas pinjaman tersebut tidak akan digunakan untuk kebutuhan investasi power plant kendari. "Soalnya, fasilitas pinjaman itu cuma bisa untuk satu proyek, enggak bisa dipindahkan untuk proyek power plant Kendari," tambah Hermawan.
Dengan kata lain, DSSA pasti akan mencari sumber pendanaan baru dan jumlahnya pasti lebih besar. Sebab, investasi senilai US$ 100 juta itu hanya untuk pembelian mesin, belum termasuk ongkos tenaga ahli, pembebasan lahan, dan biaya-biaya lainnya.
"Pasti lebih besar dari US$ 100 juta, dan kami berharap fokus bisnis power plant bisa memperkuat recurring income kami," pungkas Hermawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News