kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.880.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.260   50,00   0,31%
  • IDX 6.928   30,28   0,44%
  • KOMPAS100 1.008   6,44   0,64%
  • LQ45 773   2,07   0,27%
  • ISSI 227   2,98   1,33%
  • IDX30 399   1,47   0,37%
  • IDXHIDIV20 462   0,59   0,13%
  • IDX80 113   0,62   0,55%
  • IDXV30 114   1,38   1,22%
  • IDXQ30 129   0,27   0,21%

DSNG ogah meninggalkan bisnis kayu


Kamis, 08 Mei 2014 / 16:48 WIB
DSNG ogah meninggalkan bisnis kayu
ILUSTRASI. Sederet Penyebab Kanker Lambung yang Jangan Disepelekan


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) memiliki dua segmen usaha yang menjadi penopang kinerjanya. Kedua segmen tersebut adalah, segmen usaha CPO dan produk kayu.

Segmen usaha CPO menjadi penopang utama selama perjalanan bisnis DSNG. Porsi pendapatannya jauh lebih besar dibanding segmen usaha produk kayu.

Sepanjang 2013, DSNG mengalami kenaikan pendapatan konsolidasi 12,6% menjadi Rp 3,84 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar 64% merupakan pendapatan dari lini bisnis kelapa sawit, dan sisanya sebesar 36% berasal dari lini produk kayu.

Dari segi pertumbuhan, segmen usaha kelapa sawit juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang cukup signifikan, sebesar 24,1%. Sementara, segmen usaha produk kayu justru mengalami penurunan sebesar 3,5%.

"Tapi, kami belum punya keinginan untuk melakukan divestasi unit usaha ini (kayu)," tandas Djojo Boentoro, Direktur Utama DSNG, (8/5).

Sebab, meski porsi dan pertumbuhannya tidak segemilang segmen usaha kelapa sawit, namun bukan berarti segmen usaha produk kayu tidak menarik. Bisnis kelapa sawit membutuhkan investasi yang besar, tapi marjin yang diperoleh juga tinggi.

Sementara, segmen usaha kayu membutuhkan investasi yang lebih kecil dengan marjin yang juga kecil. "Tapi, perputaran uang di bisnis ini juga sangat baik, sangat cepat," tambah Djojo.

Kendati demikian, manajemen belum bisa berharap lebih besar dari segmen usaha kayu tahun ini. Belum membaiknya kondisi ekonomi global membuat manajemen menargetkan penjualan stagnan, sama seperti pendapatan usaha kayu tahun lalu yakni Rp 1,36 triliun.

"Kami memang tetap fokus pada bisnis CPO, tapi belum punya rencana divestasi segmen usaha kayu, apalagi segmen ini memiliki basis sumber daya terbarukan sehingga juga bisa tetap berkesinambungan bisnisnya," jelas Djojo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×