Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah di pasar global mengalami penurunan pada Selasa (11/10).
Berdasarkan data tradingeconomics.com pada Selasa pukul 10.38 WIB, harga minyak jenis Brent tercatat sebesar US$ 95,75/ barrel, atau turun sekitar 0,45% sementara harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$ 90,94 per barrel.
Kantor berita Reuters menyebut harga minyak turun pada hari Selasa (11/10) karena dolar AS yang lebih kuat. Selain itu ada sentimen negatif dari China yakni meningkatnya kasus Covid-19 di negara itu sehingga kembali mengerek kekhawatiran pelaku pasar akan melambatnya permintaan global.
Baca Juga: Harga Minyak Pada Akhir Tahun 2022 Bisa Tembus ke Atas US$ 100 per Barel
Catatan Reuters harga minyak mentah berjangka Brent turun 57 sen, atau 0,6%, menjadi US$ 95,62 per barrel pada pukul 00.31 GMT, setelah jatuh US$1,73 di sesi sebelumnya.
Sedangkan harga Minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di US$ 90,58 per barrel, turun 55 sen, atau 0,6%, setelah turun US$ 1,51 di sesi sebelumnya.
Kantor Berita Reuters menyebut dolar AS menguat terhadap mata uang utama dunia pada Senin (10/10) karena investor bersiap mengantisipasi data inflasi tinggi yang dirilis minggu ini.
Inflasi tinggi ini yang mengarah kepada ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter agresif oleh Federal Reserve sebagai lanjutan dari kebijakan monter ketat yang telah dilakukan beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Tergelincir, Situasi Ekonomi China Picu Kekhawatiran Resesi
Wakil Ketua Fed Lael Brainard menyatakan kenaikan suku bunga The Fed ini mulai memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan makin membebani lantaran kebijakan moneter ketat akan berlangsung pada beberapa bulan mendatang.
Menurut catatan analis ANZ Research, data ketenagakerjaan yang kuat telah memperkuat ekspektasi kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi pada pertemuan Fed bulan depan (November) sehingga mengurangi risiko penurunan permintaan minyak mentah global.
Di sisi lain, kebijakan Pemerintah China untuk mencapai nol kasus Covid-19 tidak turut membantu meningkatkan permintaan di negara tersebut.
Bahkan, kasus Covid-19 yang terjadi di negara konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu justru naik ke level tertinggi sejak Agustus.
Walhasil aktivitas layanan masyarakat pada bulan September mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam empat bulan, karena adanya pembatasan demi menekan dampak pandemi.
Ribuan kasus Covid -19 di China disebabkan oleh sub-varian Omicron BF.7 yang sangat menular telah dilaporkan di Mongolia Dalam sejak awal Oktober 2022. Vairan ini juga mengubah wilayah Mongolia Dalam sebagai pusat Covid-19 terbaru di China.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, atau dikenal sebagai OPEC+, pekan lalu memutuskan untuk menurunkan target produksi mereka sebesar 2 juta barel per hari.
Mereka bersama-sama membatasi kerugian sehingga semakin meningkatkan kekhawatiran tentang pengetatan pasokan minyak di pasar global.
Baca Juga: China di Ambang Resesi, Begini Dampaknya ke Perdagangan dan Investasi RI
Analis CMC Markets Tina Teng dikutip Reuters menyatakan, masalah pasokan tetap ada karena sanksi terhadap Rusia, terutama ketika Uni Eropa melarang impor minyak Rusia menjelang akhir tahun.
Sanksi Uni Eropa terhadap minyak mentah dan produk minyak Rusia akan berlaku masing-masing pada bulan Desember dan Februari.
Uni Eropa pekan lalu juga memberikan persetujuan akhir untuk serangkaian sanksi baru terhadap Rusia termasuk pembatasan harga pada ekspor minyak Rusia.
Meskipun demikian India mempertahankan "dialog yang sehat" dengan Rusia dan akan melihat apa yang ditawarkan menyusul perubahan kepemilikan yang diumumkan untuk proyek minyak dan gas Sakhalin-1,
Pada hari Jumat pekan lalu, Rusia juga mengeluarkan dekrit yang mengizinkannya untuk merebut 30% saham Exxon Mobil serta memberikan wewenang kepada perusahaan milik negara Rusia.
Jadi pertanyaan saat ini apakah Rusia akan menyerahkan kepada pemegang saham asing termasuk ONGC Videsh India agar dapat mempertahankan partisipasi mereka dalam proyek tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News