Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa dollar Amerika Serikat (AS) kian perkasa. Hampir seluruh mata uang utama dunia lainnya keok di hadapan dollar, termasuk rival utamanya euro. Di tengah minimnya sentimen penopang, mata uang Benua Biru tersebut melorot ke level terendahnya.
Mengutip Bloomberg, Jumat (10/8), pasangan mata uang EUR/USD melemah 0,99% ke level 1,1413. Ini merupakan posisi terlemah euro terhadap dollar AS sepanjang tahun ini.
"Sejak Mei, EUR/USD cenderung berkonsolidasi di atas level 1,1500. Tapi, penguatan dollar membuat euro turun jauh bahkan mencapai 1,1400," ujar Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf, Jumat (10/8).
Penguatan dollar, tambah Alwy, terdorong oleh sejumlah faktor. Pertama, solidnya data perekonomian AS yang dirilis sejak dua pekan lalu. Akhir pekan kemarin, data Consumer Price Index (CPI) yang menjadi indikator inflasi AS untuk bulan Juli dirilis tumbuh sesuai ekspektasi pada level 0,2% month-on-month (mom).
Kedua, isu perang dagang semakin menyetir minat pasar memburu dollar AS sebagai aset safe haven ketimbang instrumen lainnya. "Pasar melihat ekonomi AS mampu bertahan ketimbang negara-negara lainnya seiring isu perang dagang yang meruncing," ujar Alwy.
Ketiga, ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed semakin memuncak. Terutama, pasca Gubernur The Fed Chicago Charles Evan menyampaikan pidato bernada hawkish dengan menyatakan bahwa kenaikan suku bunga sebanyak satu hingga dua kali lagi sampai akhir tahun masih logis lantaran fundamental ekonomi AS yang kuat.
"Ekspektasi tersebut tercermin juga pada hasil lelang obligasi pemerintah AS kemarin yang mendapat penawaran besar," kata Alwy.
Berdasarkan data Departemen Biro Treasury AS, penawaran yang masuk untuk obligasi bertenor 10 tahun tercatat sebesar US$ 69,68 miliar, sedangkan yang bertenor 30 tahun mendapat penawaran sebesar US$ 43,35 miliar.
Sementara, dari sisi euro Alwy melihat belum ada sentimen yang signifikan untuk menopang mata uang tersebut. Rencana Uni Eropa melakukan tappering stimulu moneternya di akhir tahun juga belum ditegaskan kembali oleh Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi.
Tambah lagi, krisis yang tengah melanda Turki dan mata uang Lira yang terperosok dalam berpotensi merembet ke perekonomian zona Euro. "Depresiasi lira dan krisis Turki menjadi sentimen negatif bagi euro saat ini," kata Alwy.
Secara teknikal, Alwy menganalisis harga EUR/USD saat ini bergerak di bawah MA 10 dan MA 55. Apalagi, MA 10 dan MA 55 membentuk dead cross serta indikator MACD juga berada di area negatif sehingga mengindikasikan peluang bearish yang kuat.
Sementara, indikator Stochastic berada di area oversold, tetapi belum ada tanda-tanda divergen yang memungkinkan penguatan. Sama halnya dengan RSI yang ada di level 32 area oversold namun masih memberi sinyal penurunan lanjutan bagi euro.
Untuk itu, pada perdagangan Senin (12/8), Alwy memproyeksi EUR/USD masih akan tertekan di bawah level 1,1500, bergerak pada area support 1,1430 - 1,1390 - 1,1360 dan resistance 1,1500 - 1,1570 - 1,1620. Dia memberi rekomendasi Sell on Strength untuk EUR/USD saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News